Jumat, 17 Februari 2017

BAB NIKAH



BAB NIKAH
1.         SEORANG BUTUH PENDAMPING HIDUP
Seorang yang mampu membayar mahar, sementara ia tidak ada hasrat untuk menikah namun  butuh pendamping hidup sebagai penghibur. Apakah ia tetap disunnahkan untuk menikah ?
JAWABAN
Tetap disunnahkan, sebagaimana hal-nya orang yg berhasrat untuk menikah.
&   مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج (12/  26) مكتبة الشاملة
( فَإِنْ لَمْ يَحْتَجْ ) لِلنِّكَاحِ بِأَنْ لَمْ تَتُقْ نَفْسُهُ لَهُ مِنْ أَصْلِ الْخِلْقَةِ أَوْ لِعَارِضٍ كَمَرَضٍ أَوْ عَجْزٍ ( كُرِهَ ) لَهُ ( إنْ فَقَدَ الْأُهْبَةَ ) لِمَا فِيهِ مِنْ الْتِزَامِ مَا لَا يَقْدِرُ عَلَى الْقِيَامِ بِهِ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ .وَحُكْمُ الِاحْتِيَاجِ لِلتَّزْوِيجِ لِغَرَضٍ صَحِيحٍ غَيْرِ النِّكَاحِ كَخِدْمَةٍ وَتَأَنُّسٍ كَالِاحْتِيَاجِ لِلنِّكَاحِ كَمَا بَحَثَهُ الْأَذْرَعِيُّ ، وَفِي الْإِحْيَاءِ مَا يَدُلُّ عَلَيْهِ

2.         MENIKAHNYA WANITA HAMIL DILUAR NIKAH/ ZINA
sya mau nanya hukumnya akad nikah diwaktu hamil? Skrg kan bnyak kasus pernikahan akibat hamil diluar nikah. Demi menutupi aib terpaksa dinikahkan apalagi yang dinikahkan bukan orang yang menghamili.? Syukron kastiro....
Jawaban
Terkait dengan pertanyaan saudari, ada beberapa hasil bahtsul masail yang menjawab pertanyaan saudari !!!
1.Wanita yang sudah hamil diluar  nikah diperkenankan menikah (artinya pernikahannya tetap sah) dengan orang yang menghamilinya atau dengan orang yang lain , namun makruh bersetubuh .(analoginya ! tidak perlu mengulang akaq nikahnya saat janin terlahir)
Dasar Hukum
Bughyah Mustarsyidin hal 201
(مَسْئلة ش) يَجُوزُ نِكَاحُ الحَامِلِ مِنَ الزِّنَا سَوَاءٌ الزَّانِى وَغَيْرُهُ وَوَطَؤُهَ حِيْنَئِذٍ مَعَ الكَرَاهَةِ
Artinya: Seorang yang hamil karena zina boleh menikah dengan orang yang menjadi pasangan zinanya atau orang lain dan bersebadan dengannya besertaan hukum makruh.
2. Pernikahan yang dilakukan karena dipaksa (seperti karena berbuat zina) oleh polisi atau hakim, maka pernikahan itu tidak sah! Karena syarat sahnya nikah, harus dengan kemauan si calon suami.
Dasar Hukum
Kitab Tanwirul Qulub hal 344
وَأَنْ يَكُونَ مُخْتَارًا فَلاَ يَصِحُّ نِكَاحُ مُكْرَهٍ
Artinya: … dan (orang yang hendak menikah itu) haruslah dengan kemauan sendiri, maka tidak sah
pernikahan orang yang dipaksa

3.         SATU BESAN DUA MANTU
Bagaimana hukumnya pernikahan ijol-ijolan adek, misal si Zaid punya dua anak laki-laki dan Umar punya dua anak cewek, kemudia kedua anak-nya Zaid dijodohkan dengan kedua anak-nya Umar, atau Zaid punya dua anak, 1 laki-laki dan 1 perempuan, Umar juga punya 2 anak laki-laki dan perempuan. Bagaimana kalau anak-anak mereka dijodohkan  ????
JAWABAN
Pernikahan tsbt  BOLEH/SAH. Karna wanita yg akan di nikahi tdk termsuk wanita yg di haramkan. Sdangkan wanita yg haram di nikah ada 14 (QS.Annisa’/23)
{حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ وَعَمَّاتُكُمْ وَخَالَاتُكُمْ وَبَنَاتُ الْأَخِ وَبَنَاتُ الْأُخْتِ وَأُمَّهَاتُكُمُ اللَّاتِي أَرْضَعْنَكُمْ وَأَخَوَاتُكُمْ مِنَ الرَّضَاعَةِ وَأُمَّهَاتُ نِسَائِكُمْ وَرَبَائِبُكُمُ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمُ اللَّاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَإِنْ لَمْ تَكُونُوا دَخَلْتُمْ بِهِنَّ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ وَحَلَائِلُ أَبْنَائِكُمُ الَّذِينَ مِنْ أَصْلَابِكُمْ وَأَنْ تَجْمَعُوا بَيْنَ الْأُخْتَيْنِ إِلَّا مَا قَدْ سَلَفَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ غَفُورًا رَحِيمًا} [النساء: 23]
Ketrngnya sbb:
[Haram sbab nasab]
1.Ibu (trus ke atas)
2.Anak pr(trus k bwah)
3.Sdri (se ayah/se ibu)
4.Bibi (dari ibu)
5.Bibi (dri ayah)
6.Keponakan (dri saudra laki-laki)
7. keponakan (dri saudari)
[Haram sbb susuan]
8.Ibu (yg menyusui)
9.Saudri sesusuan
[Hrm sbb p’nikahan]
10.Ibu mertua
11.Anak tiri (anak istri bilamana ibuny sudah di-jima’)
12.Ibu tiri
13.Menantu
Yg di sbtkan (yang 13 macam) di atas haram selamanya.
14. Ipar / Bibi istri.
Yg terakhir  ini keharamanny tdk selamanya, artinya lelaki boleh menikahi ipar / bibi istrinya bilamana dia telah menceraikan istrinya atau istrinya meninggal.

4.         NIKAH TAFWIDL
apa yang fimaksud nikah tafwidl ? dan mengapa wajib mahar misil saat suami meninggal dlm nikah tafwidl itu ?
JAWABAN:
“Apakah yang dimaksud nikah tafwidl?”
Imam Abu al-Hasan al-Mawardi di dalam kitabnya (al-Hawi al-Kabir) menjelaskan bahwa pernikahan ada dua macam, yaitu nikah tafwidl dan nikah selain tafwidl. Pernikahan tafwidl adalah pernikahan yang tidak menyebutkan maskawin, dan ketika seorang istri membebaskan suaminya dari maskawin, maka ada dua kondisi; yang pertama pembebasan tersebut setelah maskawin diwajibkan baginya (istri), maka pembebasan semacam itu adalah sah karena ia membebaskan suaminya dari sebuah keharusan yang telah maklum. Yang kedua, pembebasan tersebut sebelum maskawin diwajibkan, maka dalam hal ini ada dua kondisi; yang pertama ia membebaskan sebelum terjadi hubungan intim, maka pembebasan semacam ini adalah batal, karena ia membebaskan sesuatu yang belum wajib, karena maskawin tidak wajib dengan sebuah akad, maskawin menjadi wajib sebab melakukan hubungan intim. Yang kedua pembebasan terjadi setelah terjadi hubungan intim, maka wajib baginya (istri) maskawin, dan jika ia mengetahui kadarnya, maka sah pembebasannya dan hal ini tidak membutuhkan “qabul” menurut pendapat ilmuan dari kalangan madzhab Syafi’i dan mayoritas sahabat-sahabatnya. Prof. DR. Wahbah bin Musthafa al-Zuhaili di dalam kitabnya (al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu) juga menjelaskan bahwa pernikahan tafwidl adalah diamnya dua orang yang melakukan akad dari penentuan maskawin pada saat melaksanakan akad dan penentuan dipercayakan kepada salah satunya atau orang lain.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa pernikahan tafwidl adalah pernikahan tanpa menyebutkan maskawin pada saat melaksanakan akad. “Mengapa wajib membayar mahar mitsil pada saat suami meninggal dalam pernikahan tafwidl tersebut?” Prof. DR. Wahbah al-Zuhaili di dalam kitabnya (al-Fiqh al-Islam Wa Adillatuhu) juga menjelaskan bahwa intinya pernikahan tafwidl mewajibkan maskawin pada umumnya (mahar mitsil) berdasar kesepakatan dan hanya pemberian (mut’ah) sebelum terjadi hubungan intim dan diharuskannya maskawin. Dan mahar mitsil tetap wajib sebab melakukan hubungan intim, dan juga wajib sebab meninggalnya (suami) sebelum melakukannya (hubungan intim) dan sebelum diwajibkannya maskawin menurut pendapat mayoritas Ulama’, namun ilmuan dari kalangan madzhab Maliki berbeda dalam hal ini, mereka menyatakan bahwa hal itu tidak wajib sebab meninggal.

Al-Zuhaili juga menjelaskan bahwa meyoritas ilmuan dari kalangan madzhab Syafi’i dalam pendapat adzharnya menyatakan bahwa dalam hal ini mahar mitsil adalah wajib karena mengacu pada Hadits terdahulu, yaitu sesungguhnya Ibnu Mas’ud memutuskan sebuah hukum bagi perempuan yang tidak mewajibkan atas suaminya maskawin dan tidak melakukan hubungan intim hingga meninggal dunia. Maka beliau berkata “…..baginya (istri) mahar mitsil, tidak ada kerugian dan tidak pula melampaui batas, dan wajib atas dirinya melaksanakan iddah juga hak waris”. Imam Ma’qil bin Sanan berkata bahwa “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan masalah Marwa’ binti Wasyiq sebagaimana yang engkau putuskan”. Dan karena (masa berlakunya) akad adalah semasa hidup dan masa expirednya adalah ketika salah satunya meninggal, maka hal itu menetapkan sebuah imbalan (‘iwadl) sebagaimana kadaluarsanya masa sewa. Dan ketika hal itu telah ditetapkan, maka tidak ada sesuatu yang gugur sebab rusaknya pernikahan dan yang lain, dan karena sesungguhnya mati menuntut kesempurnaan mahar yang disebutkan (pada saat akad), maka mahar mitsil digadang-gadang dapat menyempurnakannya.

Dari pemaparan tersebut di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa ada dua alasan tentang keharusan membayar mahar mitsil pada saat suami meninggal dalam pernikahan tafwidl, yaitu:
@  Mengacu pada Hadits Nabi
@  Sebagai konsekuensi hukum pernikahan tafwidl, yaitu diantara hak dan kewajiban pasangan suami istri, karena tidak ada sesuatu yang gugur sebab rusaknya pernikahan setelah tetapnya sebuah ketetapan.
Wallahu a’lam bis shawab.
&   الحاوي في فقه الشافعي (9/ 527) المكتبة الشاملة
فَالنِّكَاحُ ضَرْبَانِ : أَحَدُهُمَا : نِكَاحُ تَفْوِيضٍ . وَالثَّانِي : نِكَاحُ غَيْرِ تَفْوِيضٍ . فَأَمَّا نِكَاحُ التَّفْوِيضِ : الَّذِي لَمْ يُسَمِّ لَهَا فِيهِ مَهْرًا ، إِذَا أَبْرَأَتْ زَوْجَهَا مِنْ صَدَاقِهَا فِيهِ ، فَعَلَى ضَرْبَيْنِ : أَحَدُهُمَا : أَنْ يَكُونَ بَعْدَ أَنْ فُرِضَ لَهَا فِيهِ مَهْرٌ ، فَالْإِبْرَاءُ صَحِيحٌ ؛ لِأَنَّهَا أَبْرَأَتْهُ مِنْ وَاجِبٍ مَعْلُومٍ . وَالضَّرْبُ الثَّانِي : أَنْ يَكُونَ قَبْلَ أَنْ يُفْرَضَ لَهَا فِيهِ مَهْرٌ ، فَهَذَا عَلَى ضَرْبَيْنِ : أَحَدُهُمَا : أَنْ تُبْرِئَهُ قَبْلَ الدُّخُولِ بِهَا ، فَالْإِبْرَاءُ بَاطِلٌ ؛ لِأَنَّهَا أَبْرَأَتْهُ مِمَّا لَمْ يَجِبْ ؛ لِأَنَّ مَهْرَ الْمُفَوَّضَةِ لَا يَجِبُ بِالْعَقْدِ ، وَإِنَّمَا يَجِبُ بِالْفَرْضِ أَوْ بِالدُّخُولِ . وَالضَّرْبُ الثَّانِي : أَنْ يَكُونَ بَعْدَ الدُّخُولِ بِهَا ، فَقَدْ وَجَبَ لَهَا مَهْرُ الْمِثْلِ ، فَإِنْ عَلِمَتْ قَدْرَهُ صَحَّ الْإِبْرَاءُ ، وَلَمْ تَفْتَقِرْ إِلَى الْقَبُولِ عَلَى مَذْهَبِ الشَّافِعِيِّ وَجُمْهُورِ أَصْحَابِهِ
&   الفقه الإسلامي وأدلته (9/ 245) المكتبة الشاملة
 نكاح التفويض: وهو أن يسكت العاقدان عن تعيين الصداق حين العقد، ويفوض التعيين إلى أحدهما أو إلى غيرهما
&   الفقه الإسلامي وأدلته (9/ 258) المكتبة الشاملة
والخلاصة: إن نكاح التفويض يوجب مهر المثل بالاتفاق، والمتعة فقط، قبل الدخول ما لم يفرض مهر، ويستقر مهر المثل بالدخول، ويجب مهر المثل بالموت قبل الدخول وقبل فرض المهر في رأي الجمهور، وخالف المالكية فيه، فقالوا: لا يجب لها مهر بالموت
&   الفقه الإسلامي وأدلته (9/ 275) المكتبة الشاملة
وقال الجمهور في الأظهر عند الشافعية: يجب فيه مهر المثل، للحديث السابق وهو أن ابن مسعود قضى في امرأة لم يفرض لها زوجها صداقاً، ولم يدخل بها حتى مات، فقال: لها صداق مثلها، ولا وَكْس ولا شطط، وعليها العدة ولها الميراث، فقال مَعْقِل بن سنان: «قضى رسول الله صلّى الله عليه وسلم في بَرْوع بنت واشق مثل ماقضيت» (1) ، ولأنه عقد مدته العمر، فبموت أحدهما ينتهي، فيستقر به العوض، كانتهاء الإجارة، ومتى استقر لم يسقط منه شيء بانفساخ النكاح ولا غيره. ولأن الموت يكمل به المهر المسمى، فيكمل به مهر المثل للمفوضة كالدخول

5.         BERZINA DENGAN ANAK KANDUNG
Bila anak perempuan berzina dengan ayah kandungnya dan hamil, apakah boleh ayahnya menikahinya ? dan apakah pernikahan ayahnya dengan ibunya menjadi batal / rusak ?
JAWABAN
Si ayah tetap tidak boleh menikahinya, dan pernikahannya dengan si Ibu tidak rusak namun wajib dihad, sebab berzina walaupun dengan anak kandung atau ibu mertua tidak merusak status pernikahan.
&   الموسوعة الفقهية جزء 36 ص 215 المكتبة الشاملة
وَلَمْ يُفَرِّقُ الْحَنَفِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ بَيْنَ حُصُولِ الزِّنَا قَبْلَ الزَّوَاجِ أَوْ بَعْدَهُ فِي ثُبُوتِ حُرْمَةِ الْمُصَاهَرَةِ ، وَذَهَبَ مَالِكٌ فِي قَوْلِهِ الرَّاجِحِ ، وَالشَّافِعِيُّ إِلَى أَنَّ الزِّنَا لا تَثْبُتُ بِهِ حُرْمَةُ الْمُصَاهَرَةِ ، فَلا تُحَرَّمُ بِالزِّنَا عِنْدَهُمَا أُصُولُ الْمَزْنِيِّ بِهَا ، وَلا فُرُوعُهَا عَلَى مَنْ زَنَى بِهَا ، كَمَا لا تُحَرَّمُ الْمَزْنِيُّ بِهَا عَلَى أُصُولِ الزَّانِي ، وَلا عَلَى فُرُوعِهِ ، فَلَوْ زَنَى رَجُلٌ بِأُمِّ زَوْجَتِهِ أَوِ ابْنَتِهَا لا تُحَرَّمُ عَلَيْهِ زَوْجَتُهُ ، لِمَا رُوِيَ " أَنَّ الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنِ الرَّجُلِ يَتْبَعُ الْمَرْأَةَ حَرَامًا ثُمَّ يَنْكِحُ ابْنَتَهَا ، أَوِ الْبِنْتَ ثُمَّ يَنْكِحُ أُمَّهَا ، فَقَالَ : لا يُحَرِّمُ الْحَرَامُ الْحَلالَ ، إِنَّمَا يَحْرُمُ مَا كَانَ بِنِكَاحٍ حَلالٍ "
&   بغية المسترشدين (ص: 419) المكتبة الشاملة
(مسألة) : زنى ببنت زوجته وجب عليه الحدّ ولا ينفسخ نكاح الأم

6.         SIAPAKAH WALI ANAK ZINA
Bila seorang wanita hamil diluar nikah (karena zina), dan dinikahkan dgn laki-laki yang menghamilinya, siapakah wali dari anak itu apabila ternyata anaknya perempuan ? dan bagaimana bila yg menikahi wanita yg hamil itu bukan laki-laki yang menghamilinya ?
JAWABAN
Bila ibunya dinikahkan dengan orang yg menghamilinya, maka anak tersebut dinasabkan kepadanya jika anak itu lahir di atas 6 bulan setelah pernikahan.
Namun anak itu tidak bisa dinasabkan kepadanya jika anak itu lahir kurang dari 6 bulan setelah pernikahan (wali-nya hakim)
Namun bila ibunya dinikahkan bukan kepada orang yg menghamilinya, dan ia tidak pernah menyetubuhinya, maka jika anak itu lahir di atas 6 bulan setelah  pernikahan, anak tersebut secara dhahir saja dinasabkan kepadanya, namun ia wajib menafikannya (tidak mengakui sebagai anaknya), tidak perlu sumpah Li’an.
 KESIMPULAN
1. Anak bisa dikatakan sah ( dalam perwalian / tauliyah dan irsi / hak waris ) manakala dihasilkan dari pernikahan sah.dan lama usia nikah dihitung dari akad lebih dari 6 bulan. Baik itu sperma hasil kerja orng lain atau suaminya sendiri.selama tidak ada penafian / penyangkalan dari suami semacam li’an.
2. Apabila di usia nikah lebih dari 6 bulan atau lebih lalu terjadi penyangkalan dari suami (tidak menghamili/ hasil kerja orng lain atau tidak / telah hamil sebelum nikah) baik penyangkalannya saat hamil atau saat melahirkan atau saat prosesi waris atau saat prosesi nikah, maka anak adalah milik suami.  Selama suami tidak menjatuhkan lian.
3. Jika istri melahirkan di bawah 6 bulan dihitung dari awal akad. Maka status perwalian & irsi mahjub (terhalang). Walau sperma hasil produksi dari suaminya.
&   بغية المسترشدين ص235 دار إحياء الكتب العربية
( مسئلة ي ش ) نكح حاملا من الزنا فولدت كاملا كان له أربعة أحوال إما منتف عن الزوج ظاهرا وباطنا من غير ملاعنة وهو المولود لدون ستة أشهر من إمكان الإجتماع بعد العقد أو لأكثر من أربع سنين من آخر إمكان الإجتماع وإما لاحق به وتثبت له الأحكام إرثا وغيره ظاهرا ويلزم نفيه بأن ولدت لأكثر من الستة وأقل من الأربع السنين وعلم الزوج أو غلب على ظنه أنه ليس منه بأن لم يطأ بعد العقد ولم تستدخل ماءه أو ولدت لدون ستة أشهر من وطئه أو لأكثر من أربع سنين منه أو لأكثر من ستة أشهر بعد استبرائه لها بحيضه وثم قرينة بزناها ويأثم حينئذ بترك النفي بل هو كبيرة وورد أن تركه كفر وإما لاحق به ظاهرا أيضا لكن لا يلزمه نفيه إذا ظن أنه ليس منه بلا غلبة بأن استبرأها بعد الوطء وولدت به لأكثر من ستة أشهر بعده وثم ريبة بزناها إذ الاستبراء أمارة ظاهرة على أنه ليس منه لكن يندب تركه لأن الحامل قد تحيض وإما لاحق به ويحرم نفيه بل هو كبيرة وورد أنه كفر إن غلب على ظنه أنه منه أو استوى الأمران بأن ولدت لستة أشهر فأكثر إلى أربع سنين من وطئه ولم يستبرئها بعده أو استبرأها وولدت بعده بأقل من الستة بل يلحقه بحكم الفراش كما لو علم زناها واحتمل كون الحمل منه أو من الزنا ولا عبرة بريبة يجدها من غير قرينة فالحاصل أن المولود على فراش الزوج لاحق به مطلقا إن أمكن كونه منه ولا ينتقي منه إلا بللعان والنفي تارة يجب وتارة يحرم وتارة يجوز ولاعبرة بإقرار المرأة بالزنا وإن صدقها الزوج وظهرت أماراته .
&   فتح الباري – ابن حجر (12/  35) المكتبة الشاملة
الولد للفراش معنيان أحدهما هو له ما لم ينفه فإذا نفاه بما شرع له كاللعان أنتفي عنه والثاني إذا تنازع رب الفراش والعاهر فالولد لرب الفراش

7.         HUKUM KAWIN LARI
Ada dua sejoli (Arif dan Desy) sepakat untuk menikah, namun pernikahan mereka tidak direstui orang tua. Maka mereka sepakat mengadakad akad diluar daerah dgn menggunakan jasa wali hakim.
1.      Sampai dimana pengertian kawin lari ?
2.      Bagaimana hukumnya kawin lari
JAWABAN
1.      Nikah dengan wali hakim dan berada diluar daerah
2.      Hukumnya sah, kalau dilaksanakan ditempat yang mencapai jarak masafatul qosri (83 km) dan harus dengan pemuda yang kufu ( seimbang).
Kalau tidak mencapai masafatul qosri, maka harus izin wali. Kecuali ada udzur untuk minta izin wali, seperti wali-nya ‘adllun (bangkang / tidak mau menikahkan dgn yang sekufu)
Batasan kufu dalam nikah
a.       ‘Iffah (menjaga terhadap agama). Orang fasiq (terus menerus berbuat dosa kecil atau pernah berbuat dosa besar) tidak sekufu’ dengan orang yang adil.
b.      Terbebas dari segala aib yang bisa menetapkan hak khiyar, seperti gila,impoten, lepra, atau penyakit belang.
c.       Merdeka/budak. Seorang budak tidak sekufu’ dengan orang yang merdeka.
d.      Nasab. Orang ‘ajam tidak sekufu’ dengan orang arab, orang arab yang bukan kaum quraisy (golongan bani Hasyim dan Abdi Manaf) tidak sekufu’ dengan orang quraisy ,dan selain keturunan Sayyidah Fatimah (selain keturunan syd Hasan dan syd Husein atau sering disebut Habaib dan syarifah) tidak sekufu’ dengan keturunan beliau.
e.       Hirfah (pekerjaan). Orang yang pekerjaannya rendahan seperti yang berkaitan dengan najis (tukang bekam/cantuk, tukang sampah atau tukang jagal) tidak sekufu’ dengan pedagang. Namun sebagian ulama’ tidaklah memandang pekerjaan sebagai salah satu faktor penetapan kafa’ah.
&      غاية تلخيص المراد من فتاوى ابن زياد ص: 150   المكتبة الشاملة
(مسألة): أخذ رجل امرأة عن أهلها قهراً وبعدها عن وليها إلى مسافة القصر وكذا دونه، إن تعذرت مراجعته لنحو خوف صح نكاحها بإذنها إن زوّجها الحاكم من كفء، إذ لم يفرق الأصحاب بين غيبة الولي وغيبتها، ولا في غيبتها بين أن تكون مكرهة على السفر أو مختارة، بل أقول: لو كان لها وليّ بالبلد وعضلها بعد أن دعته إلى كفء وتعسر لها إثبات عضله فسافرت إلى موضع بعيد عن الوليّ وأذنت لقاضي البلد الذي انتقلت إليه في تزويجها من الكفء صح النكاح
&      حاشية إعانة الطالبين (3/  267) دار الفكر
( قَوْلُهُ لاَ تَزْوِيْجَ ......إلخ ) لَوْ عَينت لِلْوَالِيْ الْمُجْبِرِ كَفَأَ وَهُوَ عين لها كفئ أخر أو غير كفئها لاَ يَكُوْنُ عَاضِلاً بِذَالِكَ فَلاَ يُزَوِّجُهَا الْقَاضِيْ بَلْ تَبْقَى الْوِلاَيَةُ لَهُ وَذَالِكَ لِأَنَّ نَظْرَهُ عَلَى مَنْ نَظَرَهَا فَقَدْ يَكُوْنُ معينه أصلح لها من معينها أي إِنْ قَالَ لاَ يُزَوِّجُ الْقَاضِيْ حِيْنَئِذٍ وَإِنْ كَانَ من عينه المجبر أقل من الكفائة من عينته هي لأنه لا يكون عاضلا بذالك
&      الموسوعة الفقهية جزء 30 ص 143 المكتبة الشاملة
وَقَدِ اسْتَعْمَلَ الْفُقَهَاءُ الْعَضْلَ فِي النِّكَاحِ بِمَعْنَى مَنْعِ التَّزْوِيجِ ، قَالَ ابْنُ قُدَامَةَ : مَعْنَى الْعَضْلِ : مَنْعُ الْمَرْأَةِ مِنَ التَّزْوِيجِ بِكُفْئِهَا إِذَا طَلَبَتْ ذَلِكَ وَرَغِبَ كُلُّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا فِي صَاحِبِهِ (2)
&   المنهاج للنووي – (ج 1 / ص 308(
وَخِصَالُ الْكَفَاءَةِ: سَلَامَةٌ مِنْ الْعُيُوبِ الْمُثْبِتَةِ لِلْخِيَارِ وَحُرِّيَّةٌ، فَالرَّقِيقُ لَيْسَ كُفْئًا لِحُرَّةٍ، وَالْعَتِيقُ لَيْسَ كُفْئًا لِحُرَّةٍ أَصْلِيَّةٍ، وَنَسَبٌ، فَالْعَجَمِيُّ لَيْسَ كُفْءَ عَرَبِيَّةٍ، وَلَا غَيْرُ قُرَشِيٍّ قُرَشِيَّةً، وَلَا غَيْرُ هَاشِمِيٍّ وَمُطَّلِبِيٍّ لَهُمَا، وَالْأَصَحُّ اعْتِبَارُ النَّسَبِ فِي الْعَجَمِ كَالْعَرَبِ، وَعِفَّةٌ فَلَيْسَ فَاسِقٌ كُفْءَ عَفِيفَةٍ، وَحِرْفَةٌ فَصَاحِبُ حِرْفَةٍ دَنِيئَةٍ، لَيْسَ كُفْءَ أَرْفَعَ مِنْهُ، فَكَنَّاسٌ وَحَجَّامٌ وَحَارِسٌ وَرَاعٍ وَقَيِّمُ الْحَمَّامِ لَيْسَ كُفْءَ بِنْتِ خَيَّاطٍ، وَلَا خَيَّاطٌ بِنْتَ تَاجِرٍ أَوْ بَزَّازٍ، وَلَا هُمَا بِنْتَ عَالِمٍ وَقَاضٍ، وَالْأَصَحُّ أَنَّ الْيَسَارَ لَا يُعْتَبَرُ، وَأَنَّ بَعْضَ الْخِصَالِ لَا يُقَابَلُ بِبَعْضٍ، وَلَيْسَ لَهُ تَزْوِيجُ ابْنِهِ الصَّغِيرِ أَمَةً، وَكَذَا مَعِيبَةٌ عَلَى الْمَذْهَبِ، وَيَجُوزُ مَنْ لَا تُكَافِئُهُ بِبَاقِي الْخِصَالِ فِي الْأَصَحِّ.
&   مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج (12/  207) المكتبة الشاملة
وَأَشَارَ لِمَا فِيهِ الْخِلَافُ مِنْهَا بِقَوْلِهِ ( وَالْأَصَحُّ أَنَّ الْيَسَارَ لَا يُعْتَبَرُ ) فِي خِصَالِ الْكَفَاءَةِ ؛ لِأَنَّ الْمَالَ ظِلٌّ زَائِلٌ ، وَحَالٌ حَائِلٌ ، وَمَالٌ مَائِلٌ ، وَلَا يَفْتَخِرُ بِهِ أَهْلُ الْمُرُوءَاتِ وَالْبَصَائِرِ

8.         Kawin Siri dan Nikah Mut’ah
Pertanyaan :
a.bagaimana sebenarnya hukum nikah sirri itu (nikah sirri adalah proses akad nikah yang tidak melalui KUA)?
b. Bagaimana menanggapi tentang nikah mut’ah (membatasi waktu pernikahan / kontrak)
Jawaban :
a.Hukumnya boleh

&   بداية المجتهد و نهاية المقتصد ج 2 ص18 دار الفكر
وقال أبو ثور وجماعة: ليس الشهود من شرط النكاح لا شرط صحة ولا شرط تمام وفعل ذلك الحسن بن علي روي عنه أنه تزوج بغير شهادة ثم أعلن بالنكاح.
&   الفقه على المذاهب الأربعة ج 4 ص 46 دار إحياء الكتب العربية
قد عرفت مما ذكرناه أن الشافعية والمالكية اصطلحوا على عد الولي ركنا من أركان النكاح لا يتحقق عقد النكاح بدونه واصطلح الحنابلة و الحنفية على عده شرطا لا ركنا وقصروا الركن على الإيجاب والقبول إلا أن الحنفية قالوا : أنه شرط لصحة زواج الصغير والصغيرة والمجنون والمجنونة ولو كبارا أما البالغة العاقلة سواء كانت بكرا أو ثيبا فليس لأحد عليها ولاية النكاح بل لها أن تباشر عقد زواجها ممن تحب بشرط أن يكون كفأ وإلا كان للولي حق الاعتراض وفسخ العقد
&   رحمة الأمة ج 2 ص 33 دار إحياء الكتب العربية
<فصل> ولا يصح النكاح الا بشهادة عند الثلاثة وقال مالك يصح من غير شهادة الا أنه اعتبر الاشاعة وترك التراضى بالكتمان حتى لو عقدنى سر واشترط كتمان النكاح فسخ عند مالك
&   التقليد والاجتهاد ص 22-23 دار الفكر
(السادس) ان لا يكون الحكم المقلد فيه مما ينقض فيه قضاء القاضي لو حكم به لمخالفته نصا او اجماعا او نحوهما فان كان مما ينقض فيه قضاء القاضى لم يصح التقليدكثيرة.......الى ان قال.... ومنها ما نسب الى داود الظاهرى من جواز النكاح بلا ولي ولا شهود فلا يعتبر بما ذكره بعضهم فى جواز تقليده وممن يصح بحرمة تقليده فى هذا القول العلامة الشبراملسى فى حواشى النهاية .
b. Nikah mut’ah (kawin kontrak) tidak diperbolehkan.
&   حاشية إعانة الطالبين ج 3 ص 121-122 دار الفكر
 ( و ) لا مع ( تأقيت ) للنكاح بمدة معلومة أو مجهولة فيفسد لصحة النهي عن نكاح المتعة وهو المؤقت ولو بألف سنة وليس منه ما لو قال زوجتكها مدة حياتك أو حياتها لأنه مقتضى العقد بل يبقى أثره بعد الموت ويلزمه في نكاح المتعة المهر والنسب والعدة
&   الموسوعة الفقهية جزء 2 ص 31 المكتبة الشاملة
نِكَاحُ الْمُتْعَةِ : وَهُوَ أَنْ يَقُولَ لامْرَأَةٍ خَالِيَةٍ مِنَ الْمَوَانِعِ : أَتَمَتَّعُ بِكِ مُدَّةَ كَذَا (4) وَقَدْ ذَهَبَ إِلَى حُرْمَتِهِ الْحَنَفِيَّةُ وَالْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ وَكَثِيرٌ مِنَ السَّلَفِ
9.         AMAT YANG DINIKAHKAN MENJADI HARAM DIJIMAK
Bila sayyid menikahkan amat-nya kepada seseorang apakah masih boleh dijimak oleh sayyid-nya ?
JAWABAN
Tidak boleh alias haram
&   الإقناع للشربيني (2/ 405) المكتبة الشاملة
 ومثل الزوج السيد في أمته التي يحل له الاستمتاع بها أما التي لا يحل له فيها ذلك بكتابة أو تزويج أو شركة أو كفر كتوثن وردة وعدة من غيره ونسب ورضاع ومصاهرة ونحو ذلك فيحرم عليه نظره منها إلى ما بين سرة وركبة دون ما زاد
&   شرح البهجة الوردية (14/ 352) المكتبة الشاملة
( أَوْ بِزَوَالِ الْمِلْكِ تَحْرِيمٌ طَرَا ) أَيْ : أَوْ طَرَأَ تَحْرِيمُ وَطْئِهَا بِزَوَالِ مِلْكِهِ عَنْهَا بِبَيْعٍ أَوْ إعْتَاقٍ أَوْ هِبَةٍ مَعَ قَبْضٍ بِإِذْنٍ أَوْ نَحْوِهَا .( أَوْ بِكِتَابَةٍ وَتَزْوِيجٍ ) أَيْ : أَوْ طَرَأَ تَحْرِيمُ وَطْئِهَا بِكِتَابَةٍ أَوْ تَزْوِيجٍ

10.       TAHU SUAMI ISTRI TUNGGAL RODLO’ SETELAH NIKAH
Setelah dua tahun menikah, Kian Santang  dan Lara santang dikaruniai seorang anak perempuan cantik jelita, ternyata Kian santang dan Lara santang adalah saudara tunggal rodlo’ (tunggal menyusui). Hal ini diketahui setelah dua tahun pernikahan mereka atas pengakuan Ibunya Lara Santang.
PERTANYAAN
Bagaimana  status pernikahan mereka setelah diketahui tunggal rodlo’ ? dan bagaimana nasab anak yang telah dihasilkan ?
JAWABAN
Pernikahan mereka menjadi batal dan keduanya wajib dipisahkan, dan putrinya tetap bernasab pada Kian Santang sebagai ayah biologisnya (berhak menjadi wali nikahnya dalam pernikahan-nya kelak)
&   بغية المسترشدين (ص: 419) المكتبة الشاملة
 وَلَوْ نَكَحَ امْرَأةً فَبَانَتْ مُحَرَّمَةً بِرَضَاعٍ بِبَيِّنَةٍ أَوْ إقْرَارٍ فُِّرقَ بَيْنَهُمْ ، فإنْ حَمَلَتْ مِنْهُ كَانَ الْوَلَدُ نَسِيْباً لاَحِقاً بِالْواطِىءِ لا يجوْزُ نَفْيُهُ ، وعليها عدَّةُ الشُّبْهَةِ ولَهَا مَهْرُ الْمِثْلِ لا اْلمُسَمَّى ، ولِلْوَطْءِ المذكورِ حكْمُ النكاحِ في الصَّهْرِ والنسب لا في حِلِّ النظر والخلوةِ ولا في النقضِ ، فيحرم على الواطِىءِ نكاحُ أصولِها وفروعِه ، وتَحْرُمُ هي على أصولِه وفروعِه ، ويجوز النظرُ إلى المحرَّم المذكورة بلا شهوةٍ
&   حاشية ابن عابدين 2 / 633 مكتبة إحياء التراث
 ( قَوْلُهُ : وَلَوْ نَكَحَ امْرَأَةً ) الأَوْلَى نَكَحَهَا لِيَعُودَ الضَّمِيرُ عَلَى مُعْتَدَّةِ الْبَائِنِ وَإِنْ كَانَ الْحُكْمُ أَعَمَّ لَكِنْ لِيُوَافِقَ آخِرَ الْكَلامِ . ( قَوْلُهُ : فَنَسَبُهُ لِلثَّانِي ) أَيْ وَجَازَ النِّكَاحُ بَحْرٌ . ( قَوْلُهُ : فَنَسَبُهُ لِلأَوَّلِ ) لأَنَّ الْخَلْقَ لا يَسْتَبِينُ إلا فِي مِائَةٍ وَعِشْرِينَ يَوْمًا فَيَكُونُ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً وَأَرْبَعِينَ عَلَقَةً وَأَرْبَعِينَ مُضْغَةً بَحْرٌ عَنْ الْوَلْوَالِجيَّةِ وَقَدَّمْنَا فِي الْعِدَّةِ كَلامًا فِيهِ . ( قَوْلُهُ : لأَنَّهُ نِكَاحٌ بَاطِلٌ ) أَيْ فَالْوَطْءُ فِيهِ زِنًا لا يَثْبُتُ بِهِ النَّسَبُ , بِخِلافِ الْفَاسِدِ فَإِنَّهُ وَطْءٌ بِشُبْهَةٍ فَيَثْبُتُ بِهِ النَّسَبُ وَلِذَا تَكُونُ بِالْفَاسِدِ فِرَاشًا لا بِالْبَاطِلِ رَحْمَتِيٌّ , وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ أَعْلَمُ

11.       HUKUM MENAFQAHI ANAK TIRI
Semisal Reva menikah dgn Boy dan dikaruniai anak perempuan dan diberi nama Tiara, selang beberapa tahun mereka cerai, terus Reva menikah dgn Krisna, namun tidak lama mereka cerai, dan Reva menikah dgn Monday sebagai pria ketiga. Yg ditanyakan adalah ;
a.       Apa hubungan Monday dengan Tiara sebagai anak tiri ?
b.      Apakah Monday wajib memberikan nafaqoh kepada Tiara ?
JAWABAN
a.       Mahrom bila ibunya sudah dijima’ suami barunya itu.
b.      Ayah tiri tidak wajib memberi nafaqah  (kecuali bila di nadzari). Tapi kewajibannya pada ayah kandung nya (Boy) .. Kalo ayah kandung meninggal maka berpindah pada semua umat islam..
Intinya : kalo ada istri di talaq oleh suami & pembawa anak yg masih kecil (THIFLUN) maka kewajiban nafaqah nya itu ttp pada si suami (bapak nya anak tersebut) kalo si suami tersebut tidak mau menafqai maka bagi ibu dari anak tersebut boleh mengambil bagian nafaqah ala kadarnya; kalo si bapak nya tersebut tidak mempunyai apa-apa  atao dia hilang gak tau rimbanya maka berpindah pada ibunya, kalo ibunya tidak mempunyai maka keluarga deket nya bapak dari anak tersebut (keluarga dekat Boy)
&   الفقه المنهجي على مذهب الإمام الشافعي (4/  28) المكتبة الشاملة
بنت الزوجة، وهي الربيبة، فهي حرام على زوج أُمها، ولكن ليس بمجرد العقد، بل لا تنشأ الحُرمة إلا بالدخول على أُمها.
قال تعالى: {وَرَبَائِبُكُمُ اللاَّتِي فِي حُجُورِكُم مِّن نِّسَآئِكُمُ اللاَّتِي دَخَلْتُم بِهِنَّ فَإِن لَّمْ تَكُونُواْ دَخَلْتُم بِهِنَّ فَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ} [النساء: 23]
&   حاشية إعانة الطالبين (4/ 70) المكتبة الشاملة
واعلم، أن للنفقة ثلاثة أسباب: الزوجية والقرابة والملك، وذكر في هذا الفصل الاولين، وذكر الثالث في فصل الحضانة، وكان الاولى ذكره في هذا الفصل جمعا بين الاسباب، وبدأ بنفقة الزوجة لانها أقوى لكونها معاوضة في مقابلة التمكين من التمتع ولا تسقط بمضي الزمان وأخرت إلى هنا لوجوبها في النكاح وبعده كأن طلقت وهي حامل أو كان الطلاق رجعيا
&   الباجوري ٢/١٨٥ دار الفكر
وللنفقة أسباب ثلاثة القرابة وملك اليمين والزوجية.
&   بغية المسترشدين  241 الحرمين
خطب امرأة فأجابت على أن ينفق على بنتها معها إلى أن تتزوّج ، وأن المرأة تجلس في بيتها إلا إن رضيت أن تتبعه إلى مكانه ، فسكن عندها مدة ثم طلبها دون بنتها لزمها أن تتبعه ، ولا عبرة بالمواطأة المذكورة ، نعم إن التزم بالنذر أن لا ينقلها عن بيتها إلا بفرخها لزمه ذلك كما قاله ابن زياد ، وتقدم في ش : كما أن نفقة البنت لا تلزمه أيضاً إلا إن نذرها 

12.       APAKAH USTADZ BISA DIJADIKAN WALI HAKIM (MUHAKKAM)
Bila seorang cewek yang menginginkan pernikahan sementara ia tidak punya wali, bolehkah ia menjadikan kyai atau ustadz sebagai wali padahal masih ada wali hakim ?
JAWABAN
Ulama Sfai’iyah berbeda pendapat dalam hal ini, sebagian menyatakan boleh dan sebagian yang lain menyatakan tidak boleh.
Selanjutnya, bahwa kebolehan menjadikan atau mengangkat seseorang untuk dijadikan Hakim (muhakkam) dibutuhkan beberapa ketentuan sebagai berikut
1.      Ketika tidak ada hakim, maka boleh mentahkim (menjadikan hakim) seseorang yang adil meski bukan seorang mujtahid, dan walaupun masih ada seorang mujtahid.
2.      Ketika ada hakim meski hakim dorurot, maka hanya boleh mentahkim seseorang mujtahid
3.      Ketika ada hakim / qodli namun mereka membebani biaya yang tidak bisa ditanggung oleh pengadu maka boleh mentahkim seseorang yang adil (tidak fasiq)
Dalam kitab syarh al-Yaqut an-Nafis disebutkan bahwa ketika Qodi itu merupakan Qodi dorurot seperti Qodi zaman sekarang, maka boleh mentahkim seseorang yang mujtahid atau Faqih (ahli dibidang fiqh).
Dengan demikian, pentahkiman yang dilakukan pada seorang kyai, ustadz dan sebagainya yang pandai dalam fiqh meski ada hakim itu boleh.
&   الموسوعة الفقهية جزء 41 ص 248 المكتبة الشاملة
وَقَالَ الشَّافِعِيَّةُ : وَلَوْ عُدِمَ الْوَلِيُّ وَالْحَاكِمُ فَوَلَّتْ مَعَ خَاطِبِهَا أَمْرَهَا رَجُلا مُجْتَهِدًا لِيُزَوِّجَهَا مِنْهُ صَحَّ لأَنَّهُ مُحَكَّمٌ ، وَالْمُحَكَّمُ كَالْحَاكِمِ ، وَكَذَا لَوْ وَلَّتْ مَعَهُ عَدْلا صَحَّ عَلَى الْمُخْتَارِ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ مُجْتَهِدًا لِشِدَّةِ الْحَاجَةِ إِلَى ذَلِكَ قَالَ فِي الْمُهِمَّاتِ : وَلا يَخْتَصُّ ذَلِكَ بِفَقْدِ الْحَاكِمِ بَلْ يَجُوزُ مَعَ وُجُودِهِ سَفَرًا وَحَضَرًا بِنَاءً عَلَى الصَّحِيحِ فِي جَوَازِ التَّحْكِيمِ ، قَالَ الْوَلِيُّ الْعِرَاقِيُّ : وَمُرَادُ الْمُهِمَّاتِ مَا إِذَا كَانَ الْمُحَكَّمُ صَالِحًا لِلْقَضَاءِ ، وَأَمَّا الَّذِي اخْتَارَهُ النَّوَوِيُّ أَنَّهُ يَكْفِي الْعَدَالَةُ وَلا يُشْتَرَطُ أَنْ يَكُونَ صَالِحًا لِلْقَضَاءِ فَشَرْطُهُ السَّفَرُ وَفَقْدُ الْقَاضِي.
&   شرح الياقوت النفيس ص 587 دار المنهاج
فالتحكيم هو ان يتفق الزوج والزوجة او غيرهما في دعوى على تحكيم شخص ليحكم في دعواهما . وهذاالتحكيم له شروط. تارة يكون في البلد الذي هما فيه قاض مجتهد موجود فلا يجوز التحكيم وتارة يكون القاضي قاض ضرورة كما اليوم فيجوز لهما ان يحكما رجلا مجتهدا او فقيها وتارة يكون ببلد ليس به قاض فلهما ان يحكما عدلا ويشهدا شاهدين ويتمّ العقد واما التولية فهي تولية المرأة وحدها عدلا في تزويجها ويشترط فيها فقد الولي الخاص والعام
&   نهاية الزين شرح قرة العين (1/  480) المكتبة الشاملة
(ثم محكم عدل) قال الشرقاوي : فإن فقد الحاكم جاز للزوجين أن يوليا أمرهما حراً عدلاً ليعقد لهما وإن لم يكن مجتهداً ولو مع وجود مجتهد، بخلاف ما إذا وجد الحاكم ولو حاكم ضرورة فإنه لا يجوز لهما أن يوليا أمرهما إلا مجتهداً، ولا فرق في ذلك بين الحضر والسفر. نعم لو كان القاضي يأخذ دراهم لها مقدار عظيم لا تحتمل عادة النسبة للزوجين جاز لهما تولية أمرهما حراً عدلاً مع وجود القاضي، فعلم أنه لا يجوز للمرأة أن توكل مطلقاً

13.       POLIGAMI, HARUSKAH ADA IZIN DAN RIDHO DARI ISTRI PERTAMA
Bila suami menginginkah nikah lagi alias poligami (wayoh), apakah harus ada izin dan ridlo dari istri pertama-nya ?
JAWABAN
Tidak , karena poligami tidak disyaratkan adanya izin dan ridlo dari istri. Namun sebaiknya si suami izin kepada istri sebagai  bentuk mu’asyaroh bil-ma’ruf
&   محاسن تعدد الزوجات ص  18 دار الفكر
أما إذن الزوجة الأولى ورضاها بالتعدد فلا يشترط ولا يجب على الزوج إستئذان الزوجة الأولى للزواج بثانية . ولكن المشروع له أن يطيّب خاطرها ويراضيها ويبذل لها من ماله وكلامه ما يهدئ من روعها ويخفف غيرها .وقد سئلت اللجة الدائمة : عن رضا الزوجة الأولى لمن اراد الزواج بأخرى فأجابت : ليس بفرض على الزوج إذا اراد أن يتزوج ثانية أن يرضي زوجته الأولى  لكن من مكارم الأخلاق وحسن العشرة أن يطيّب خاطرها بما يخفف عنها الآلام التي هي من طبيعة النساء في مثل هذا الأمر , وذلك بالبشاشة وحسن اللقاء وجميل القول وبما تيسر من المال إن احتاج الرضا إلى ذلك
14.       MENGHADIRI WALIMAH YG TERDAPAT KEMUNKARAN DAN MEWAKILKAN WALIMAH
a.       Memenuhi undangan walimaa al-‘ursi wajib, namun bila terdapat kemunkaran semisal orkes  / orgen apa tetap wajib mendatangi-nya ?
b.      Bagaimana hukum mewakilkan undangan walimah al-‘ursi atau walimah lainnya (semisal genduren) bila tidak bisa menghadiri  ?
c.       Lalu bagaimana menitipkan sumbangan kpd orang lain ketika tidak bisa menghadiri undangan ?
JAWABAN
a.       Tidak wajib
b.      Tidak sah, karena termasuk ibadah mahdlah (murni) yg tidak bisa diwakilkan.
c.       Boleh krna sebagai bentuk tolong menolong,  dan berstatus sebagai amanah yg harus dipenuhi
&   الفتاوى الفقهية الكبرى (8/  419) المكتبة الشاملة
( وَسُئِلَ ) عَنْ قَوْلِ الْأَنْوَارِ فِي الْوَلِيمَةِ الْعَاشِرُ أَنْ لَا يَكُونَ هُنَاكَ مُنْكَرٌ كَالْخَمْرِ وَالْمَلَاهِي وَالنِّسَاءِ عَلَى السُّقُوفِ يَدُلُّ عَلَى تَحْرِيمِ حُضُورِ مَكَان بِهِ نِسَاءٌ يُشْرِفْنَ عَلَى الرِّجَالِ وَبِالْأَوْلَى إذَا كُنَّ فِي خِلَالِ الرِّجَالِ أَوْ بِجَانِبِهِمْ فَهَلْ هَذَا مُعْتَمَدٌ ؟ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ الَّذِي دَلَّتْ عَلَيْهِ عِبَارَتُهُ الَّتِي اعْتَمَدَهَا جَمْعٌ أَنَّ وُجُودَ النِّسَاءِ بِمَحَلٍّ يَنْظُرْنَ الرِّجَالَ نَظَرًا مُحَرَّمًا يَمْنَعُ وُجُوبَ الْإِجَابَةِ لِأَنَّهُ مُنْكَرٌ إذْ نَظَرُ الْأَجْنَبِيَّةِ لِلْأَجْنَبِيِّ حَرَامٌ
&   قرة العين فتاوى الشيخ إسماعيل الزين ص: 144 مكتبة دار المنهاج
فَقَدْ وَرَدَ عَلَى السُؤَالِ مِنْ بَعْضِ الطَّلَبَةِ الإِنْدُوْنِيْسِيِيْنَ نَصُّهُ هَلْ يَجُوْزُ التَّوْكِيْلُ فِيْ إِجَابَةِ الْوَلِيْمَةِ عُرْسًا كَانَ أَوْ غَيْرَهُ مَعْذُوْرًا كَانَ الْمَدْعُوْ أَوْلاَ فَأَقُوْلُ اعْلَمْ أَيُّهَاالسَّائِلُ أَنَّ إِجَابَةَ الْوَلِيْمَةِ فَرْضُ عَيْنٍ إِنْ كَانَتَ عُرْسًا وَسُنَّةُ عَيْنٍ إِنْ كَانَتْ غَيْرَ ذَلِكَ وَإِنَّمَا تَجِبُ اْلإِجَابَةُ أَوْتُنْدَبُ إِذَا لَمْ يَكُنْ عُذْرٌ فَإِنْ كَانَتْ هُنَاكَ عُذْرٌ سَقَطَ الْوُجُوْبُ فِيْ وَلِيْمَةِ الْعُرْسِ وَانْتَفَى النَّدْبُ فِيْ غَيْرِهَا وَحَيْثُ عَلِمَ أَنَّهَا فَرْضُ عَيْنٍ أَوْ سُنَّةُ عَيْنٍ فَلاَ تُقْبَلُ النِّيَابَةُ أَصْلاً لِوُجُوْهٍ كَثِيْرَةٍ   اهـ
&   الموسوعة الفقهية جزء 6 ص 327 المكتبة الشاملة
وَالأَمَانَةُ تُطْلَقُ عَلَى : كُلِّ مَا عُهِدَ بِهِ إِلَى الإِنْسَانِ مِنَ التَّكَالِيفِ الشَّرْعِيَّةِ وَغَيْرِهَا كَالْعِبَادَةِ وَالْوَدِيعَةِ ، وَمِنَ الأَمَانَةِ : الأَهْلُ وَالْمَالُ  -إلى أن قال لِقَوْلِهِ تَعَالَى : { وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى } (5) . وَقَدْ يَعْرِضُ الْوُجُوبُ لِمَنْ يَثِقُ فِي أَمَانَةِ نَفْسِهِ وَخِيفَ عَلَى اللُّقَطَةِ أَخْذُ خَائِنٍ لَهَا وَفِي الاصْطِلاحِ هِيَ الشَّيْءُ الَّذِي يُوجَدُ عِنْدَ الأَمِينِ ، سَوَاءٌ أَكَانَ أَمَانَةً بِعَقْدِ الاسْتِحْفَاظِ كَالْوَدِيعَةِ ، أَوْ كَانَ أَمَانَةً مِنْ ضِمْنِ عَقْدٍ آخَرَ ، كَالْمَأْجُورِ وَالْمُسْتَعَارِ ، أَوْ دَخَلَ بِطَرِيقِ الأَمَانَةِ فِي يَدِ شَخْصٍ بِدُونِ عَقْدٍ وَلا قَصْدٍ ، كَمَا لَوْ أَلْقَتِ الرِّيحُ فِي دَارِ أَحَدٍ مَالَ جَارِهِ ، فَحَيْثُ كَانَ ذَلِكَ بِدُونِ عَقْدٍ لا يَكُونُ وَدِيعَةً ، بَلْ أَمَانَةً فَقَطْ (2) . وَالصِّلَةُ بَيْنَ الْوَدِيعَةِ وَالأَمَانَةِ أَنَّ الأَمَانَةَ أَعَمُّ مُطْلَقًا مِنَ الْوَدِيعَةِ ؛ لأَنَّ الْوَدِيعَةَ نَوْعٌ مِنَ الأَمَانَةِ

15.       MENGGUNAKAN BAJU BERLAPIS-LAPIS APA TERMASUK NUSYUZ
Karena kurang jengkel dengan suami akhirnya tiap malam akan tidur si istri memakai baju berlapis-lapis supaya si suami kesulitan menanggalkan bajunya si istri, hal ini apa tergolong nusyuz ?
JAWABAN
termasuk nusyuz (tidak taat kepada suami atau tidak mau diistimtak) , karena sama saja tidak memberikan kesempatan suami atas dirinya si istri.
&   الفقه المنهجي على مذهب الإمام الشافعي (4/  106) المكتبة الشاملة
تعريف النشوز: النشوز: العصيان، وهو مأخوذ من النِّشْز، بسكون الشين، وفتحها.ونشوز المرأة: عصيانها زوجها، وتعاليها عمّا أوجب الله عليها من طاعته. قال ابن فارس: نشزت المرأة: استعصت على بَعْلِها. قال تعالى:{وَاللاَّتِي تَخَافُونَ نُشُوزَهُنَّ .. } [النساء: 33]. أي تخافون عصيانهنّ.حكم النشوز: ونشوز المرأة حرام، وهو كبيرة من الكبائر – إلى أن قال – بم يكون النشوز: ويكون نشوز المرأة بخروجها عن طاعة زوجها، وعصيانها له، وذلك كأن خرجت من بيته بغير عذر من غير إذنه، أو سافرت بغير إذنه ورضاه، أو لم تفتح له الباب ليدخل، أو لم تُمَكِّنْهُ مِنْ نَفْسِها بلا عذرٍ: كمرض، أو دعاها فاشتغلت بحاجاتها، وغير ذلك

16.       MENGULANG SIGHOT IJAB QOBUL
Bila dalam aqad nikah, sighot ijab qobul di ulang-ulang sampai tiga kali apakah tetap sah ?
JAWABAN
Tetap sah.
&   مشكاة المصباح للشيخ عبد الله ابن عمر بامخرمة ص 359 مكتبة دار الفكر
ينبغي أن يتصافح العاقدان وهما الولي والزوج من يلقنها العقد قولا بسم الله والحمد لله  والصلاة والسلام على سيدنا وحبيبنا وشفيعنا محمد ، أوصيكم بتقوى الله – إلى أن قال – ثم يقول الولي للخاطب أيضا يا فلان بن فلان انكحتك بنـتي أو موليتي فلانة المذكورة بالمهر المذكور فيقول الزوج قبلتُ نكاحها بالمهر المذكور ثم يقول الولي ثالثاً إحتياطا يا فلان بن فلان انكحتك بنتي أو موليتي فلانة المذكورة بالمهر المذكور فيقول الزوج قبلتُ نكاحها بالمهر المذكور

17.       Perceraian Karena Diguna-guna
Bagaimana hukum thalaknya orang yang diguna-guna, seperti karena dipelet atau dihipnotis ?
Jawab:
Thalaknya orang yang diguna-guna ,  baiak dengan cara dipelet atau dengan hipnotis itu tidak jatuh
&   الحاوي في فقه الشافعي (10/  235) المكتبة الشاملة
وَهَذِهِ الْمَسَائِلُ تَشْتَمِلُ عَلَى فَصْليْنِ : أَحَدُهُمَا : طَلَاقُ الْمَغْلُوبِ عَلَى عَقْلِهِ . وَالثَّانِي : طَلَاقُ السَّكْرَانِ ، فَأَمَّا الْمَغْلُوبُ عَلَى عَقْلِهِ بِجُنُونٍ أَوْ عَتَهٍ أَوْ إِغْمَاءٍ أَوْ غِشٍّ أَوْ نَوْمٍ ، فَإِذَا تَلَفَّظَ بِالطَّلَاقِ فِي حَالِهِ هَذِهِ الَّتِي غُلِبَ فِيهَا عَلَى عَقْلِهِ فَلَا طَلَاقَ عَلَيْهِ ، لِقَوْلِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثٍ عَنِ الصَّبِيِّ حَتَى يَبْلُغَ وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَفِيقَ وَعَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَنْتَبِهَ . وَلِأَنَّهُمْ بِزَوَالِ الْعَقْلِ أَسْوَأُ حَالًا مِنَ الْمُكْرَهِ الْعَاقِلِ ، فَكَانَ مَا دَلَّ عَلَى ارْتِفَاعِ طَلَاقِ الْمُكْرَهِ فَهُوَ عَلَى ارْتِفَاعِ طَلَاقِ هَؤُلَاءِ أَدَلُّ . فَلَوْ أَفَاقَ الْمَغْلُوبُ عَلَى عَقْلِهِ بِمَا ذَكَرْنَا بَعْدَ أَنْ تَلَفَّظَ بِالطَّلَاقِ لَمْ يَلْزَمْهُ بَعْدَ الْإِفَاقَةِ طَلَاقٌ

18.       PERNIKAHAN SAUDARA AYAH TIRI DGN ANAK TIRI
Zaid menikahi janda bernama Hindun, Hindun punya putri bernama Fatimah. Zaid punya saudara laki-laki kandung bernama Umar. Kalau ayah tiri itu  (zaid ) menjodohkan adik kandungnya (saudaranya) yang bernama Umar dengan anak tirinya (Fatimah), apakah boleh ??
JAWABAN
Boleh, karena masing-masing mereka bukan mahram. 
&   شرح البهجة الوردية (14/  344) المكتبة الشاملة
 قَالَ تَعَالَى { وَرَبَائِبُكُمْ اللَّاتِي فِي حُجُورِكُمْ مِنْ نِسَائِكُمْ اللَّاتِي دَخَلْتُمْ بِهِنَّ } وَذِكْرُ الْحُجُورِ جَرْيٌ عَلَى الْغَالِبِ ، وَكَوَطْئِهِ فِيمَا ذُكِرَ اسْتِدْخَالُ مَائِهِ الْمُحْتَرَمِ ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ وَطْءٌ وَاسْتِدْخَالٌ لَمْ تَحْرُمْ فُصُولُهَا بِخِلَافِ أُصُولِهَا كَمَا مَرَّ ، وَالْفَرْقُ أَنَّ الرَّجُلَ يُبْتَلَى عَادَةً بِمُكَالَمَةِ أُصُولِهَا عَقِبَ الْعَقْدِ لِيُرَتِّبَنَّ أُمُورَهُ فَحَرُمْنَ بِالْعَقْدِ لِيَسْهُلَ ذَلِكَ بِخِلَافِ فُصُولِهَا ، وَعُلِمَ مِمَّا ذَكَرَ أَنَّهُ لَا تَحْرُمُ بِنْتُ زَوْجِ الْأُمِّ ، وَلَا أُمُّهُ ، وَلَا بِنْتُ زَوْجِ الْبِنْتِ ، وَلَا أُمُّهُ ، وَلَا أُمُّ زَوْجَةِ الْأَبِ وَلَا بِنْتُهَا ، وَلَا أُمُّ زَوْجَةِ الِابْنِ ، وَلَا بِنْتُهَا ، وَلَا زَوْجَةُ الرَّبِيبِ ، وَلَا زَوْجَةُ الرَّابِّ لِخُرُوجِهِنَّ عَنْ الْمَذْكُورَاتِ 

19.       MENCABUT TA’LIQ THALAQ
Ta’liq thalaq yang sah dan sudah terucap secara sadar, sengaja, dan bukan karena paksaan bisakah dicabut lagi ?
JAWABAN
Perlu diketahi bahwa !  menurut qoul rajih ,ta’liq talak bisa dinamakan sumpah menurut kebanyakan madzhab maliki, Syafi’i dan Hanabilah. Oleh karena itu mencabut ta’liq thalaq yg sah tidak boleh. Sama halnya mencabut  sumpah yang sah juga tidak boleh, sesuai firman-Nya
{وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا } [النحل: 91]
&   الموسوعة الفقهية جزء 7 ص 273 المكتبة الشاملة
وَالْمَالِكِيَّةُ وَالشَّافِعِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ يَقُولُونَ جَمِيعًا : إِنَّ تَعْلِيقَ الطَّلاقِ يُسَمَّى يَمِينًا عَلَى الرَّاجِحِ عِنْدَ أَكْثَرِهِمْ ، وَمَنْ لَمْ يُسَمِّهِ يَمِينًا مِنْهُمْ لا يُخَالِفُ مَنْ يُسَمِّيهِ يَمِينًا إِلا فِي التَّسْمِيَةِ ، وَلِهَذَا لَوْ حَلَفَ إِنْسَانٌ أَلا يَحْلِفَ ، ثُمَّ عَلَّقَ طَلاقًا عَلَى وَجْهِ الْيَمِينِ ، حَنِثَ عِنْدَ مَنْ يُسَمِّي هَذَا التَّعْلِيقَ يَمِينًا ، وَلَمْ يَحْنَثْ عِنْدَ مَنْ لا يُسَمِّيهِ يَمِينًا
&   تفسير الرازي (9/  457، بترقيم الشاملة آليا)
{ وَلاَ تَنقُضُواْ الأيمان بَعْدَ تَوْكِيدِهَا } تكراراً لأن الوفاء بالعهد والمنع من النقض متقاربان ، لأن الأمر بالفعل يستلزم النهي عن الترك إلا إذا قيل إن الوفاء بالعهد عام فدخل تحته اليمين ، ثم إنه تعالى خص اليمين بالذر تنبيهاً على أنه أولى أنواع العهد بوجوب الرعاية

20.       RAGU MENJATUHKAN BILANGAN TALAQ
Bila suami ragu menjatuhkan bilangan talaq, apakah talaq satu atau dua ?  maka berapakah talak yang jatuh ?
JAWABAN
Jatuh talak satu.
&   فتح المعين (4/ 19 ) المكتبة الشاملة
 لان الطلاق لا يقع بالشك. (ولو قال: طلقتك ونوى عددا) اثنتين أو واحدة (وقع منوي) ولو في غير موطوءة فإن لم ينوه وقع طلقة واحدة ولو شك في العدد الملفوظ أو المنوي فيأخذ بالاقل ولا يخفى الورع
&   أسنى المطالب في شرح روض الطالب (3/ 296) المكتبة الشاملة
 الْبَابُ الْخَامِسُ في الشَّكِّ في الطَّلَاقِ فَإِنْ شَكَّ في وُقُوعِ الطَّلَاقِ منه أو في وُجُودِ الصِّفَةِ الْمُعَلَّقِ بها كَقَوْلِهِ إنْ كان هذا الطَّائِرُ غُرَابًا فَأَنْت طَالِقٌ وَشَكَّ هل كان غُرَابًا أو لَا لم تَطْلُقْ لِأَنَّ الْأَصْلَ عَدَمُ الطَّلَاقِ وَبَقَاءُ النِّكَاحِ أو شَكَّ في الْعَدَدِ بِأَنْ طَلَّقَ وَشَكَّ هل طَلَّقَ وَاحِدَةً أو أَكْثَرَ أَخَذَ بِالْأَقَلِّ لِأَنَّ الْأَصْلَ عَدَمُ الزَّائِدِ عليه
&   رد المحتار على الدر المختار ص 283- 284 ط دار الفكر
عَلِمَ أَنَّهُ حَلَفَ وَلَمْ يَدْرِ بِطَلاقٍ أَوْ غَيْرِهِ لَغَا كَمَا لَوْ شَكَّ أَطَلَّقَ أَمْ لا . وَلَوْ شَكَّ أَطَلَّقَ وَاحِدَةً أَوْ أَكْثَرَ بَنَى عَلَى الأَقَلِّ

21.       SIGHOT DHIHAR DIBATIN
Bila suami berkata dalam hati;”punggung istriku seperti punggung ibu-ku”. Apakah bisa jatuh sumpah dhihar ?
Jawaban : tidak, karena syaratnya harus dilafadkan dengan lisan, tidak cukup dengan dibatin.
&   الأشباه و النظائر في قواعد و فروع فقه الشافعية – الرقمية (ص: 175) المكتبة الشاملة
قالوا: كل ما استقل به الشخص, فالخلاف فيه, كوقوع الطلاق بالخط, وجزم القاضي حسين بعدم الصحة في الظهار, كاليمين, فإنها لا تصح إلا باللفظ

22.       DHIHAR SELAIN PUNGGUNG
Apakah termasuk dhihar jika istrinya disamakan dgn bagian tubuh selain punggung ?
Jawban : bila disamakan dgn bagian tubuh yang tidak disebutkan untuk memuliakan seperti perut, tangan,kaki,dada, kemaluan, rambut, maka khilaf dan menurut pendapat yang kuat termasuk dhihar (dhihar shorih).
Dan bila disamakan dgn bagian tubuh yg disebutkan untuk memuliakan seperti mata, kepala, maka jika dikehendaki untuk memuliakan maka bukan dhihar. Namun bila menghendaki dhihar maka termasuk dhihar dan jika memutlakkan (tdk dikehendaki apa-apa) maka menurut pendapat yg kuat bukan termasuk dhihar (dhihar kinayah).
&   كفاية الأخيار (ص: 414) المكتبة الشاملة
 ولو قال جملتك أو نفسك أو ذاتك أو جسمك أو بدنك وكذا قوله أنت كبدن أمي أو جسمها أو ذاتها فهو كظهر أمي وإن شبهها ببعض أجزاء الأم نظر إن كان ذلك العضو مما لا يذكر في معرض الإكرام والإعزاز كالبطن والفرج والصدر واليد والرجل والشعر فقولان الأظهر أنه ظهار لأنه تشبيه بعضو حرم فأشبه الظهر وإن كان مما يذكر في معرض الإعزاز والإكرام كقوله أنت علي كعين أمي فإن أراد الكرامة فليس بظهار وإن أراد الظهار فظهار على الأظهر وإن طلق فوجهان الأصح أنه لا يكون ظهارا ولو قال كروح أمي فكقوله كعين أمي ولو قال كرأس أمي فهل هو كيد أمي وبه قطع العراقيون وهو الأظهر في المنهاج أو كعين أمي وهي طريقة المراوزة فيجيء الخلاف والتفصيل قال الرافعي وهو الأقرب ولو قال أنت علي كأمي أو مثل أمي فإن أراد الظهار فظهار وإن أراد الكرامة فلا وإن أطلق فليس بظهار على الأصح وبه قطع كثيرون إذ الأصل عدمه
&   شرح البهجة الوردية (16/ 216) المكتبة الشاملة
( وَفِي كَأُمِّيَا وَالرَّأْسِ وَالْعَيْنِ وَرُوحٍ ) أَيْ : وَفِي قَوْلِهِ أَنْت كَأُمِّي ، أَوْ كَرَأْسِهَا أَوْ كَعَيْنِهَا ، أَوْ كَرُوحِهَا ( كُنِيَا ) أَيْ : جُعِلَ كِنَايَةً فِي الظِّهَارِ لَا صَرِيحًا لِأَنَّهُ يُذْكَرُ فِي مَعْرِضِ الْإِكْرَامِ ، فَلَا يَنْصَرِفُ إلَى الظِّهَارِ إلَّا بِنِيَّةٍ

23.       SENGGAMA DENGAN MEMBAYANGKAN WAJAH ORANG LAIN
berdosakah seorang istri bila setiap brhubungan suami istri  dia tdk merasakan kepuasan sebelum membayangkan wajah kekasihnya / mantan yg dulu ?
dan terus bagaimana saat bersetubuh membayangkan para nabi dan wali karena tabarrukan ?
Jawaban : dalam hal ini ulama beda pendapat ada yg mengharamkan ada pula yg tidak sampe haram (tp makruh)
@  Ibnu Hajar di tanya tentang seorang laki-laki yang melakukan intim dengan membayangkan kecantikan wanita lain, apakah haram? Di jawab: sesuai dengan fatwa Abul Qosim, bahwasanya hal it tidak boleh, dan penjelasanya yang lebih gamblang telah di kupas dalam buku biografi Ibnu Subki.
Sedangkan pendapat yang menyatakan tidak dosa adalah sebab adanya hadits “Sesungguhnya Alloh SWT mengampuni sesuatu yang terbesit dalam hati ummatku, selama tidak di ucapkan atau di lakukan”. Dalam hal ini jelas laki-laki tidak melakukan dengan apa yang di bayangkanya. 

@  Adapun menghadirkan hati terhadap para wali atau nabi saat inzal / orgasme dengan tujuan tabarruk (bukan membayangkan seakan-akan yg menyetubuhi-nya itu wali atau nabi ) itu sunnah, karena pada saat itu adalah saat klimak yang banyak lupa untuk dzikrullah  atau lupa segala-galanya.
Catatan
Ilat keharamannya (menurut pendapat yg haram) adalah membayangkan seakan-akan laki-laki atau wanita yang dia bayangkan saat senggema tersebut, seakan-akan yg dia bayangkan sedang menyetubuhinya atau sedang ia setubuhi.(intine bayangne seng ngumpuli uduk bojone, tapi seng ngumpuli wong seng dibayangne walaupun seng dibayangne wong ‘alim)
&   الفتاوى الفقهية الكبرى (8/ 269) المكتبة الشاملة
( وَسُئِلَ ) فِي رَجُلٍ جَامَعَ زَوْجَتَهُ مُتَفَكِّرًا فِي مَحَاسِنِ أَجْنَبِيَّةٍ فَهَلْ يُحَرَّمُ ؟ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ الَّذِي أَفْتَى بِهِ أَبُو الْقَاسِمِ بْنُ الْبَزْرِيُّ بِأَنَّهُ لَا يَحِلُّ وَقَدْ بَسَطَ الْكَلَامَ عَلَى ذَلِكَ فِي تَرْجَمَتِهِ ابْنُ السُّبْكِيّ فِي طَبَقَاتِهِ وَرَجَّحَ عَدَمَ التَّأْثِيمِ لِحَدِيثِ { إنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي مَا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا مَا لَمْ تَتَكَلَّمْ أَوْ تَعْمَلْ بِهِ } أَيْ بِالْعَمَلِ الَّذِي عَزَمَ عَلَيْهِ وَهَذَا لَمْ يَعْمَلْ بِمَا عَزَمَ عَلَيْهِ ا هـ وَيُؤَيِّدُ التَّحْرِيمَ قَوْلُ الْقَاضِي فِي الصَّوْمِ مِنْ تَعْلِيقِهِ كَمَا لَا يَحِلُّ النَّظَرُ لِمَا لَا يَحِلُّ لَهُ يُحَرَّمُ التَّفَكُّرُ فِيهِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى { وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ } فَمَنَعَ مِنْ التَّيَمُّمِ مِمَّا لَا يَحِلُّ كَمَا مَنَعَ مِنْ النَّظَرِ إلَى مَا لَا يَحِلُّ ، وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى أَعْلَمُ
&   تحفة المحتاج في شرح المنهاج (29/ 276) المكتبة الشاملة
 يَحْرُمُ عَلَى مَنْ رَأَى امْرَأَةً أَعْجَبَتْهُ وَأَتَى امْرَأَتَهُ جَعْلُ تِلْكَ الصُّورَةِ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَهَذَا نَوْعٌ مِنْ الزِّنَا كَمَا قَالَ عُلَمَاؤُنَا فِيمَنْ أَخَذَ كُوزًا يَشْرَبُ مِنْهُ فَتَصَوَّرَ بَيْنَ عَيْنَيْهِ أَنَّهُ خَمْرٌ فَشَرِبَهُ أَنَّ ذَلِكَ الْمَاءَ يَصِيرُ حَرَامًا عَلَيْهِ ا هـ
&   بغية المسترشدين (ص: 215) مكتبة دار إحياء الكتب العربية
فائدة عظيمة : ذكر بعضهم أن من أراد أن يكون ولده ، من الشيطان وجنوده ، محفوظاً ، وبعين العناية الإلهية في الدارين ملحوظاً ، فليذكر الله قبل المباشرة أولاً بالذكر الوارد عن المصطفى وهو : "باسم الله ، اللهم جنبنا الشيطان وجنب الشيطان ما رزقتنا" ثم يشتغل بذكر الحق تعالى باطناً من أول المباشرة إلى آخرها ، ثم يحمد الله تعالى بعدها على أن جعل ذلك حلالاً ، فإن ذلك مما يغفل عنه الكثير ، واستحضار من يجب من أولياء الله وأنبيائه حالتئذ نافع جداً ، فيسري سر ذلك الولي أو النبي في الكائن في ذلك الوقت ذكراً أو أنثى ، ومن كان من أهل الذكر في تلك الحالة بلغ آماله ، إذ تلك الحالة مشغلة عن الله تعالى وعن كل شيء ، والغفلة فيه سم قاطع وداء شائع ، وفيه من الإمدادات ما لا يخطر ببال يعلم ذلك أهل الكمال

24.       HUKUM MELAMAR WANITA DALAM MASA IDDAH
Wanita yg dalam masa iddah apakah boleh dilamar ?
Jawaban : tafshil
@  Bila dalam masa iddah dari talak roj’i maka tidak boleh / haram, baik dengan bahasa yang shoreh seperti ucapan seorang laki-laki;”bila iddah-mu habis maka aku akan menikahimu”. Ataupun dengan bahasa sindiran  seperti ucapan ; “ banyak laki-laki yg menyukaimu”.
@  Bila dalam masa iddah dari talak bain atau ditinggal mati suami, maka boleh dengan bahasa sindiran  saja tidak boleh dengan bahasa yg shoreh.
&   الفقه المنهجي على مذهب الإمام الشافعي (4/ 50) المكتبة السلفية
متى تحل الخطبة، ومتى تحرم:
1ـ تحل الخطبة تصريحاً وتعرضاً، إذا كانت المخطوبة خليَّة من نكاح، وعدة، ومن كل موانع النكاح التي مر ذكرها في المحرمات.
2ـ تحل الخطبة تعريضاً فقط لا تصريحاً، إذ كانت المرأة معتدّة من وفاة، أو طلاق بائن. قال الله تعالى: {وَلاَ جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِيمَا عَرَّضْتُم بِهِ مِنْ خِطْبَةِ النِّسَاء أَوْ أَكْنَنتُمْ فِي أَنفُسِكُمْ عَلِمَ اللهُ أَنَّكُمْ سَتَذْكُرُونَهُنَّ وَلَكِن لاَّ تُوَاعِدُوهُنَّ سِرّاً إِلاَّ أَن تَقُولُواْ قَوْلاً مَّعْرُوفاً وَلاَ تَعْزِمُواْ عُقْدَةَ النِّكَاحِ حَتَّىَ يَبْلُغَ الْكِتَابُ أَجَلَهُ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللهَ يَعْلَمُ مَا فِي أَنفُسِكُمْ فَاحْذَرُوهُ وَاعْلَمُواْ أَنَّ اللهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ} [البقرة " 235] [لا جُناح: لا إثم ولا حرج. أكننتم: أخفيتم. لا تواعدوهنّ سرّاً: لا تعدوهن بالنكاح خفية. قولاً معروفاً: موافقاً للشرع، وهو التعريض. ولا تعزموا عقدة النكاح: لا تحققوا العزم على عقد الزواج. حتى يبلغ الكتاب أجَلَه: حتى تنقضي العدّة، وهي المدة التي فرضها الله على المعتدّة في كتابه أن لا تتزوج خلالها].
3ـ وتحرم الخطبة تعريضاً وتصريحاً فيما عدا ما ذكر، في الفقرة الأولى والثانية. فتحرم خطبة امرأة ما تزال على عصمة زوجها. كما تحرم خطبة كل امرأة ذكرت في محرمات النكاح، سواء كانت محرمة مؤبدة أم محرمة مؤقتة. وتحرم خطبة المرأة المعتدّة من طلاق رجعي، سواء كان ذلك بالتعريض أم بالتصريح، لأنها زوجة، أو في معنى الزوجة، لأن لزوجها الحق في مراجعتها، قال تعالى:{وَبُعُولَتُهُنَّ أَحَقُّ بِرَدِّهِنَّ فِي ذَلِكَ إِنْ أَرَادُواْ إِصْلاَحاً ً} [البقرة: 228]

25.       SUAMI MENGULUM SUSU ISTRI
Apa hukumnya suami mengulum dan menelan susu istrinya ?
Jawab:  diperbolehkan dan tidak dapat  menjadikan mahrom.J
&   فتاوى معاصرة للشيخ وهبة الزحيلي ص 190 مكتبة دار الفكر
فَلاَ عِبْرَةَ لِرَضَاعِ الْكَبِيْرِ حَتَّى وَلَوْ مَصًّ الزَّوْجُ وَعَضَّ لَبَنَ زّوْجَتِهِ كَمَا رَوَاهُ الدَّرُقُطْنِي عَنْ إبْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم «لَا رضَاع إلاّ مَا كَانَ فِي الْحَوْلَيْنِ» ومَا رَوَاهُ التِّرْمِيْذِي وَصَحَّحَهُ عنْ أُمِّ سَلَمَةَ : «لَا يحرم من الرَّضَاع إِلَّا مَا فتق الأمعاء فِي الثدي وَكَانَ قبل الْفِطَام

26.       ISTRI HUTANG TANPA IZIN / RIDHO SUAMI
Bila istri hutang banyak apa suami wajib bertanggung jawab atas hutang istri ?
Jawab : selagi suami masih memberikan nafaqoh satu mud beserta lauk pauknya ples pakaian sederhana, istri tidak boleh hutang untuk kebutuhan itu kecuali ada rido dari suami. Namun bila suami tidak memberikan nafaqah karena fakir, istri boleh hutang hanya sekedar batas kewajiban nafaqah suami (satu mud + lauk pauk ) walaupun tanpa izin suami dan hutang itu menjadi tanggungan suami. Namun bila hutangnya istri diluar kadar kewajiban jumlah nafaqah yang harus diberikan suami maka bukan jadi tanggungan suami kecuali yg jadi batas kewajiban suami (qodri al-wajib)
&   الموسوعة الفقهية جزء 41 ص 54 المكتبة الشاملة
إِنْ أَنْفَقَتِ الزَّوْجَةُ عَلَى نَفْسِهَا مِنْ مَالِهَا أَوْ مِنْ مَالِ غَيْرِهَا بِدُونِ قَضَاءٍ مِنَ الْقَاضِي بِالنَّفَقَةِ أَوْ تَرَاضٍ مَعَ زَوْجِهَا عَلَى مِقْدَارِ النَّفَقَةِ : لا تَكُونُ النَّفَقَةُ دَيْنًا عَلَى الزَّوْجِ أَصْلا إلى أن قال وَإِنْ أَنْفَقَتْ عَلَى نَفْسِهَا بَعْدَ الْقَضَاءِ وَالإِذْنِ بِالاسْتِدَانَةِ ، أَوْ بَعْدَ التَّرَاضِي مَعَ زَوْجِهَا وَالإِذْنِ لَهَا بِالاسْتِدَانَةِ – وَاسْتَدَانَتِ الزَّوْجَةُ بِالْفِعْلِ – كَانَتِ النَّفَقَةُ دَيْنًا صَحِيحًا ثَابِتًا عَلَى الزَّوْجِ لا يَسْقُطُ إِلا بِالأَدَاءِ إِلَيْهَا فِعْلا أَوِ الإِبْرَاءِ مِنْهَا
&   حاشية الباجوري 2 ص 194 مكتبة دار إحياء
إن كان بقدر الواجب بخلاف ما إذا كان ما أنفقته زائدا على قدر الواجب فلا يصير دينا عليه إلاّ قدر الواجب
27.       AYAH KANDUNG TIDAK MAU MENAFKAHI
Bila suami istri berpisah dan punya anak kecil  dan diasuh oleh istri, siapa yg menanggung nafakahnya ? dan Bagaimana bila mantan suami tidak mahu memberi nafkah anak kandungnya ?
Jawab: kewajiban nafaqah nya itu tetap pada mantan  suami (bapak nya anak tersebut), kalo si suami tersebut tidak mau menafqai maka bagi ibu dari anak tersebut boleh mengambil bagian nafaqah ala kadarnya; kalo si bapak nya tersebut tidak mempunyai apa-apa  atao dia hilang gak tau rimbanya maka berpindah pada kakeknya, lalu  pada ibunya, kalo ibunya tidak mampu,  maka keluarga deket nya bapak dari anak tersebut (ahli warisnya bapak dri si anak ) walaupun dgn cara dipaksa. #
&   الفتاوى الفقهية الكبرى (9/  263) المكتبة الشاملة
وَمُؤْنَة الْحَضَانَةِ فِي مَالِ نَحْوِ الطِّفْلِ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ مَالٌ فَعَلَى الْأَبِ ثُمَّ الْجَدِّ ثُمَّ الْأُمِّ كَالنَّفَقَةِ
&   الحاوى الكبير ـ الماوردى (11/ 1116) المكتبة الشاملة
 فَصْلٌ : وَإِذَا قَدْ مَضَى الْكَلَامُ فِي وُجُوبِ نَفَقَةِ الْوَالِدِينَ وَالْمَوْلُودِينَ عَلَى قُرْبِهِمْ وَبُعْدِهِمْ فَهِيَ مَقْصُورَةٌ عَلَيْهِمْ وَسَاقِطَةٌ فِيمَنْ عَدَاهُمْ مِنْ عَصَبَاتِهِمْ وَذَوِي مَحَارِمِهِمْ وَأَرْحَامِهِمْ ، وَإِنِ اخْتَلَفَ الْفُقَهَاءُ فِيمَنْ عَدَا الْوَالِدِينَ وَالْمَوْلُودِينَ عَلَى مَذَاهِبَ شَتَّى : أَحَدُهَا : وَهُوَ مَذْهَبُ الْإِمَامِ الشَّافِعِيِّ ، سُقُوطُ نَفَقَاتِهِمْ وَإِنْ كَانُوا فُقَرَاءَ زَمْنَى ، فَلَا تَجِبُ نَفَقَةُ الْإِخْوَةِ وَالْأَخَوَاتِ وَالْأَعْمَامِ وَالْعَمَّاتِ وَالْأَخْوَالِ وَالْخَالَاتِ النفقة على الأقارب ، وَهِيَ أَضْيَقُ الْمَذَاهِبِ فِيهِمْ ، وَإِنْ كَانَ أَضْيَقَ مِنْهُ مَذْهَبُ مَالِكٍ فِي اقْتِصَارِهِ عَلَى وُجُوبِ نَفَقَةِ الْأَبِ دُونَ الْأُمَّهَاتِ وَالْأَجْدَادِ ، وَوُجُوبِ نَفَقَةِ الْوَلَدِ وَأَوْلَادِ الْأَوْلَادِ عَلَى الْأَبِ وَحْدَهُ
&   المغني المطبوع مع الشرح الكبير 9/ 264 ط الكتاب العربي
مَسْأَلَةٌ قَالَ : ( وَكَذَلِكَ الصَّبِيُّ إذَا لَمْ يَكُنْ لَهُ أَبٌ , أُجْبِرَ وَارِثُهُ عَلَى نَفَقَتِهِ , عَلَى قَدْرِ مِيرَاثِهِمْ مِنْهُ ) ظَاهِرُ الْمَذْهَبِ أَنَّ النَّفَقَةَ تَجِبُ عَلَى كُلِّ وَارِثٍ لِمَوْرُوثِهِ إلى أن قال  قَوْلُ اللَّهِ تَعَالَى : { وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ } . ثُمَّ قَالَ : { وَعَلَى الْوَارِثِ مِثْلُ ذَلِكَ } 

28.       ISTRI MINTA SUAMI TDK MENIKAH LAGI
Bolehkah seorang istri minta suami tidak menikah lagi (berpoligami ) ?  
(putra al-fiyah tsani)
Jawab : boleh !  jika suami diduga tidak mampu berlaku adil baik dalam kasih sayang dan nafaqah. Imam Shaimariy berkata :” ketahuilah, sesungguhnya disunnahkan bagi seorang suami untuk tidak menambah satu istri lagi (poligami) lebih-lebih pada zaman kita sekarang ini”.
? Catatan :
 hal ini diperbolehkan selama tidak mengingkari kandungan ayat yang memperbolehkan laki-laki poligami.
&   أسنى المطالب في شرح روض الطالب (4/ 180) المكتبة الشاملة
 وَلَا يَخْتَصُّ الْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّهْيُ عن الْمُنْكَرِ بِمَسْمُوعِ الْقَوْلِ بَلْ عليه أَيْ على كل مُكَلَّفٍ أَنْ يَأْمُرَ وَيَنْهَى وَإِنْ عَلِمَ بِالْعَادَةِ أَنَّهُ لَا يُفِيدُ فإن الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ فَلَا يَسْقُطُ ذلك عن الْمُكَلَّفِ بهذا الْعِلْمِ لِعُمُومِ خَبَرِ من رَأَى مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بيده فَإِنْ لم يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لم يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ  وَلَا يُشْتَرَطُ في الْآمِرِ وَالنَّاهِي كَوْنُهُ مُمْتَثِلًا ما يَأْمُرُ بِهِ مُجْتَنِبًا ما يَنْهَى عنه بَلْ عليه أَنْ يَأْمُرَ وَيَنْهَى نَفْسَهُ وَغَيْرَهُ فَإِنْ اخْتَلَّ أَحَدُهُمَا لم يَسْقُطْ الْآخَرُ
&   الفقه على المذاهب الأربعة (4/  113) المكتبة الشاملة
 { فإن خفتم أن لا تعدلوا فواحدة } فقد أمر الله سبحانه بالاقتصار على الزوجة الواحدة عند الخوف من عدم العدل فدل ذلك على أن إقامة العدل واجبة سواء قلنا : إن الاقتصار على الواحدة عند الخوف من إقامة العدل واجب كما هو الصحيح أو قلنا : إنه مندوب أما الأول فظاهر لأنه إذا كان مجرد الخوف من إقامة العدل بين الاثنتين جعل الجمع بينهما محرما فتكون إقامة العدل بينهما واجبة فلا تردد
&   البيان في حق الإمام الشافعي 9 ص 101 مكتبة دار الفكر
وَقَالَ الصَّيْمَرِيّ : أَلاَ انّ الْمُسْتَحَبُّ لَهُ اَنْ لاَّ يَزِيْدَ عَلى وَاحِدَةٍ لاَسِيَمًا فِى زَمَانِنَا هَذَا

29.       HUKUM MENELAN SPERMA
Apa hukumnya menelan sperma , baik sperma pasangan atau sperma sendiri ?
( dari pengurus jam’iyyah )
Jawab : baik sperma sendiri ataupun pasangan sama saja, menurut pendapat ashosh tidak halal karena sperma itu termasuk perkara yg menjijikkan, dan menurut Syaikh Abu Yazid al-Marwazi menelan sperma boleh / halal karena sperma itu suci.
&   المجموع شرح المهذب (2/  556) المكتبة الشاملة
(فَرْعٌ)هَلْ يَحِلُّ أَكْلُ الْمَنِيِّ الطَّاهِرِ فِيهِ وَجْهَانِ الصَّحِيحُ الْمَشْهُورُ أَنَّهُ لَا يَحِلُّ لِأَنَّهُ مستخبث قال الله تعالي (ويحرم عليهم الخبائث) وَالثَّانِي يَجُوزُ وَهُوَ قَوْلُ الشَّيْخِ أَبِي زَيْدٍ الْمَرْوَزِيِّ لِأَنَّهُ طَاهِرٌ لَا ضَرَرَ فِيهِ

30.       ISTRI GALAK PADA SUAMI
Perkataan kasar istri pada suami apakah tergolong nusyuz ?
Jawaban : Tidak, akan tetapi dapat menyebabkan dosa
&   روضة الطالبين (5/  677) مكتبة الشاملة
فرع فيما تصير به ناشزة فمنه الخروج من المسكن، والامتناع من مساكنته، ومنع الاستمتاع بحيث يحتاج في ردها إلى الطاعة إلى تعب، ولا أثر لامتناع الدلال، وليس من النشوز الشتم وبذاء اللسان، لكنها تأثم بايذائه، وتستحق التأديب، وهل يؤدبها الزوج، أم يرفع إلى القاضي ليؤدبها ؟ وجهان. ولو مكنت من الجماع ومنعت من سائر الاستمتاعات، فهل هو نشوز يسقط النفقة ؟ وجهان. قلت: أصحهما نعم. والاصح من الوجهين في تأديبها، أنه يؤدبها بنفسه، لان في رفعها إلى القاضي مشقة وعارا وتنكيدا للاستمتاع فيما بعد، وتوحيشا للقلوب، بخلاف ما لو شتمت أجنبيا. والله أعلم
31.       PERNIKAHAN MANUSIA HERMAFRODIT ( BERKELAMIN  GANDA)
Bagaimana hukum'a Pernikahan Banci dengan Banci / Banci dengan Perempuan tulen / Banci dengan Laki-Laki tulen ?
Jawaban : pernikahannya tidak SAH baik berstatus sebagai istri atau suami dari pasangan nikahnya.
&   المجموع شرح المهذب (16/  213) مكتبة الشاملة
ولا يصح نكاح الخنثى المشكل لانه ان تزوج امرأة لم يؤمن أن يكون امرأة. وان تزوج رجلا لم يؤمن أن يكون رجلا
:
32.       SAKSI NIKAH TIDAK DITENTUKAN
Dalam akad nikah di suatu daerah, terjadi akad nikah di mana semua orang yang berada di majelis dijadikan saksi. Dengan tidak ditentukan personelnya (dua orang saksinya tidak ditentukan).
Pertanyaan
a.        Sahkah akad nikah tersebut ?
b.       Bagaimana hukum menentukan dua orang saksi dalam akad nikah ?
Jawaban
a.        S a h .
b.       B o l e h .
&   الإقناع الجزءالثانى صحيفة 408  دار الفكر
والمعنى فى إحضار الشاهدين الإحتياط للأبضاع وصيانة الأنكحة على الجحود ويسن إحضار جمع زيادة على الشاهدين من أهل الخير والدين.اهـ
&   الباجورى الجزءالثانى صحيفة 102 دار الفكر
ولا يصح عقد النكاح أيضا  إلا بحضور شاهدى عدل وقوله إلا بحضور شاهدى عدل أى وإن لم يكن بإحضار فلا يشترط إحضارهما بل حضورهما.اهـ
33.       SHALAT SEBELUM AQAD NIKAH
Sholat sunnah sebelum akad nikah (ijab qabul)
1. bagaimana caranya berserta niatnya ?
2. sertakan referensi atau ibarot sholat sunnah sebelum akad nikah .
Jawaban : diantara sholat sholat sunah adalah sholat sebelum akad nikah. sholat ini termasuk sholat yg mempunyai sebab di akhir, boleh dikerjakan asal bukan pd waktu yg di makruhkan. bacaannya apa sj,terserah musholli. sholat ini disunahkan untuk mempelai pria atau wali perempuan saja. bukan mempelai wanitanya. sebaiknya dilakukan dimajelis akad sebelum akad dilakukan
&   تحفة المحتاج في شرح المنهاج (7/  322) مكتبة الشاملة
 ( قَوْلُهُ : وَعِنْدَ الْقَتْلِ ) أَيْ بِحَقٍّ أَوْ غَيْرِهِ وَقَبْلَ عَقْدِ النِّكَاحِ وَبَعْدَ الْخُرُوجِ مِنْ الْكَعْبَةِ مُسْتَقْبِلًا بِهِمَا وَجْهَهَا وَعِنْدَ حِفْظِ الْقُرْآنِ نِهَايَةٌ قَالَ ع ش قَوْلُهُ م ر وَقَبْلَ عَقْدِ النِّكَاحِ يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ ذَلِكَ لِلزَّوْجِ ، وَالْوَلِيِّ لِتَعَاطِيهِمَا لِلْعَقْدِ دُونَ الزَّوْجَةِ وَيَنْبَغِي أَيْضًا إنْ فَعَلَهُمَا فِي مَجْلِسِ الْعَقْدِ قَبْلَ تَعَاطِيهِ وَقَوْلُهُ م ر وَعِنْدَ حِفْظِ الْقُرْآنِ أَيْ وَلَوْ بَعْدَ نِسْيَانِهِ وَقَدْ صَلَّى لِلْحِفْظِ الْأَوَّلِ
34.       Mencuri Kandungan Janin
Ada sepasang pasutri sebut saja Zaid dan Fatimah, Fatimah mengandung janin berusia 6 bulan pasca pernikahannya yg berjalan 10 bulan. Didesa lain ada sepasang pasuti sebut saja  Boyy dan Reva yang sudah bertahun-tahun sejak pernikahan belum juga hamil. Karena keduanya sangat menginginkan buah hati yg dihasilkan dari rahimmnya, maka keduanya berniat mencuri janin yg masih berada dalam kandungan dengan bantuan dukun.
Pertanyaan
a.       Apa hukum memindah ataupun mencuri janin dalam kandungan  ?
b.      Anak yang terlahir itu milik anak yang punya rahim atau yang punya sperma, Dan bila ternyata anak yang dilahirkan Reva itu cewek, siapa yg bisa menjadi wali pernikahannya ? 
Jawaban:
a.       Hukumnya Haram karena sama dengan memindah sperma yang tidak halal yang memang hukumnya Haram
b.      Anak yang terlahir tetap menjadi anaknya si pemilik sperma ( zaid dan hindun) dan Zaid yang bisa menjadi wali dalam pernikahan anak tersebut.
&   التيسير بشرح الجامع الصغير ـ للمناوى (2/  698) مكتبة الشاملة
( ما من ذنب بعد الشرك ) يعني بعد الكفر ( أعظم عند الله من نطفة وضعها رجل في رحم لا يحل له ) لان ذلك يفسد الانساب وقضيته ان الزنا أكبر الكبائر بعد الكفر
&   نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج (29/ 414) مكتبة الشاملة
 ( قَوْلُهُ وَكَذَا لَوْ مَسَحَ ذَكَرَهُ ) أَفْهَمَ أَنَّهُ لَوْ أَلْقَتْ امْرَأَةٌ مُضْغَةً أَوْ عَلَقَةً فَاسْتَدْخَلَتْهَا امْرَأَةٌ أُخْرَى حُرَّةٌ أَوْ أَمَةٌ فَحَلَّتْهَا الْحَيَاةُ وَاسْتَمَرَّتْ حَتَّى وَضَعَتْهَا الْمَرْأَةُ وَلَدًا لَا يَكُونُ ابْنًا لِلثَّانِيَةِ ، وَلَا تَصِيرُ مُسْتَوْلَدَةً لِلْوَاطِئِ لَوْ كَانَتْ أَمَةً لِأَنَّ الْوَلَدَ لَمْ يَنْعَقِدْ مِنْ مَنِيِّ الْوَاطِئِ وَمَنِيِّهَا بَلْ مِنْ مَنِيِّ الْوَاطِئِ وَالْمَوْطُوءَةِ فَهُوَ وَلَدٌ لَهُمَا . وَيَنْبَغِي أَنْ لَا تَصِيرَ الْأُولَى مُسْتَوْلَدَةً بِهِ أَيْضًا حَيْثُ لَمْ يَخْرُجْ مِنْهَا مُصَوَّرًا
&   حاشية ابن عابدين 2 / 633 مكتبة إحياء التراث
 ( قَوْلُهُ : وَلَوْ نَكَحَ امْرَأَةً ) الأَوْلَى نَكَحَهَا لِيَعُودَ الضَّمِيرُ عَلَى مُعْتَدَّةِ الْبَائِنِ وَإِنْ كَانَ الْحُكْمُ أَعَمَّ لَكِنْ لِيُوَافِقَ آخِرَ الْكَلامِ . ( قَوْلُهُ : فَنَسَبُهُ لِلثَّانِي ) أَيْ وَجَازَ النِّكَاحُ بَحْرٌ . ( قَوْلُهُ : فَنَسَبُهُ لِلأَوَّلِ ) لأَنَّ الْخَلْقَ لا يَسْتَبِينُ إلا فِي مِائَةٍ وَعِشْرِينَ يَوْمًا فَيَكُونُ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً وَأَرْبَعِينَ عَلَقَةً وَأَرْبَعِينَ مُضْغَةً بَحْرٌ عَنْ الْوَلْوَالِجيَّةِ وَقَدَّمْنَا فِي الْعِدَّةِ كَلامًا فِيهِ . ( قَوْلُهُ : لأَنَّهُ نِكَاحٌ بَاطِلٌ ) أَيْ فَالْوَطْءُ فِيهِ زِنًا لا يَثْبُتُ بِهِ النَّسَبُ , بِخِلافِ الْفَاسِدِ فَإِنَّهُ وَطْءٌ بِشُبْهَةٍ فَيَثْبُتُ بِهِ النَّسَبُ وَلِذَا تَكُونُ بِالْفَاسِدِ فِرَاشًا لا بِالْبَاطِلِ رَحْمَتِيٌّ , وَاَللَّهُ سُبْحَانَهُ أَعْلَمُ
&   الموسوعة الفقهية جزء 40 ص 237 مكتبة الشاملة
ذَهَبَ الْفُقَهَاءُ إِلَى أَنَّهُ لا يَثْبُتُ النَّسَبُ بِالزِّنَا مُطْلَقًا ، فَلَمْ يُثْبِتْ رَسُولُ اللَّهِ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - وَلا أَحَدٌ مِنْ  أَهْلِ الْعِلْمِ بِالزِّنَا نَسَبًا ، وَقَالَ الرَّسُولُ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : " الْوَلَدُ لِلْفِرَاشِ وَلِلْعَاهِرِ الْحَجَرُ " (1) ، وَالْعَاهِرُ الزَّانِي ، وَلأَنَّ الزَّانِيَ مَمْنُوعٌ مِنَ الْفِعْلِ آثِمٌ بِهِ
35.       Hukum Bayi Tabung
Bagaimana hukumnya bayi tabung (bayi yang dihasilkan bukan dari persetubuhan, tetapi dengan cara mengambil mani atau sperma laki-laki dan sel telur wanita, lalu dimasukan kedalam suatu alat dalam waktu beberapa hari lamanya. Setelah hal tersebut dianggap mampu menjadi janin, maka dimasukkan kedalam rahim ibu) ?
JAWAB:
Hukum bayi tabung dan bagaimana nasabnya ada 4 cara haram dan 2 cara halal.
Empat cara yang haram :
1.         Pembuahan luar dari sperma suami dan sel telur perempuan lain kemudian dimasukkan ke rahim isteri
2.         Pembuahan luar dari sperma laki – laki lain dan sel telur isteri kemudian dimasukkan ke rahim isteri
3.         Pembuahan luar dari sperma suami dan sel telur isteri kemudian dimasukkan kerahim perempuan lain, walaupun dengan bayaran.
4.         Pembuahan luar dari sperma laki – laki lain dan sel telur perempuan lain kemudian dimasukkan ke rahim Isteri.
Sedangkan Dua cara yang halal / diperbolehkan :
1.         Pembuahan luar dari sperma suami dan sel telur isteri kemudian dimasukkan ke rahim Isteri
2.         Mengambil sperma dari suami dengan syarat dengan cara yang muhtarom ( cara yang diperbolehkan syara’) kemudian dimasukkan ke farj isteri atau ke rahim isteri (pembuahan dalam)
Keempat cara yang diharamkan dan dilarang karena menyebabkan ikhtilat atau kekacauan nasab. Dan dua cara yang diperbolehkan karena hajat / kebutuhan dan nasab kembali ke kedua orang tua.
&    حاشية البجيرمي على الخطيب (11/  233) مكتبة الشاملة
الْحَاصِلُ أَنَّ الْمُرَادَ بِالْمَنِيِّ الْمُحْتَرَمِ حَالَ خُرُوجِهِ فَقَطْ عَلَى مَا اعْتَمَدَهُ مَرَّ وَإِنْ كَانَ غَيْرَ مُحْتَرَمٍ حَالَ الدُّخُولِ ، كَمَا إذَا احْتَلَمَ الزَّوْجُ وَأَخَذَتْ الزَّوْجَةُ مَنِيَّهُ فِي فَرْجِهَا ظَانَّةً أَنَّهُ مَنِيُّ أَجْنَبِيٍّ فَإِنَّ هَذَا مُحْتَرَمٌ حَالَ الْخُرُوجِ ، وَغَيْرُ مُحْتَرَمٍ حَالَ الدُّخُولِ ، وَتَجِبُ الْعِدَّةُ بِهِ إذَا طَلُقَتْ الزَّوْجَةُ قَبْلَ الْوَطْءِ عَلَى الْمُعْتَمَدِ خِلَافًا لِابْنِ حَجَرٍ لِأَنَّهُ يُعْتَبَرُ أَنْ يَكُونَ مُحْتَرَمًا فِي الْحَالَيْنِ كَمَا قَرَّرَهُ شَيْخُنَا .
وَعِبَارَةُ مَرَّ دَخَلَ مَنِيُّهُ الْمُحْتَرَمُ وَقْتَ الْإِنْزَالِ ، وَلَا أَثَرَ لِوَقْتِ اسْتِدْخَالِهِ كَمَا أَفْتَى بِهِ الْوَالِدُ ، وَإِنْ نَقَلَ الْمَاوَرْدِيُّ عَنْ الْأَصْحَابِ اعْتِبَارَ حَالَةِ الْإِنْزَالِ وَالِاسْتِدْخَالِ فَقَطْ صَرَّحُوا بِأَنَّهُ لَوْ اسْتَنْجَى بِحَجَرٍ فَأَمْنَى ثُمَّ اسْتَدْخَلَتْهُ أَجْنَبِيَّةٌ عَالِمَةٌ بِالْحَالِ ، أَوْ أَنْزَلَ فِي زَوْجَتِهِ فَسَاحَقَتْ بِنْتَهُ فَأَتَتْ بِوَلَدٍ لَحِقَهُ
&   الفقه الإسلامي وأدلته (7/  114) مكتبة الشاملة
أطفال الأنابيبإن مجلس مجمع الفقه الإسلامي المنعقد في دورة مؤتمره الثالث بعمان عاصمة المملكة الأردنية الهاشمية من 8-13 صفر 1407 هـ/11 إلى 16 أكتوبر 1986 م.
بعد استعراضه لموضوع التلقيح الصناعي «أطفال الأنابيب» وذلك بالاطلاع على البحوث المقدمة والاستماع لشرح الخبراء والأطباء.
وبعد التداول. تبين للمجلس:أن طرق التلقيح الصناعي المعروفة في هذه الأيام هي سبع:
الأولى: أن يجري تلقيح بين نطفة مأخوذة من زوج وبييضة مأخوذة من امرأة ليست زوجته ثم تزرع اللقيحة في رحم زوجته.
الثانية: أن يجري التلقيح بين نطفة رجل غير الزوج وبييضة الزوجة ثم تزرع تلك اللقيحة في رحم الزوجة.
الثالثة: أن يجري تلقيح خارجي بين بذرتي زوجين ثم تزرع اللقيحة في رحم امرأة متطوعة بحملها. الرابعة: أن يجري تلقيح خارجي بين بذرتي رجل أجنبي وبييضة امرأة أجنبية وتزرع اللقيحة في رحم الزوجة.
الخامسة: أن يجري تلقيح خارجي بين بذرتي زوجين ثم تزرع اللقيحة في رحم الزوجة الأخرى.
السادسة: أن تؤخذ نطفة من زوج وبييضة من زوجته ويتم التلقيح خارجياً ثم تزرع اللقيحة في رحم الزوجة.
السابعة: أن تؤخذ بذرة الزوج وتحقن في الموضع المناسب من مهبل زوجته أو رحمها تلقيحاً داخلياً.
وقرر: أن الطرق الخمسة الأولى كلها محرمة شرعاً وممنوعة منعاً باتاً لذاتها أو لما يترتب عليها من اختلاط الأنساب وضياع الأمومة وغير ذلك من المحاذير الشرعية أما الطريقان السادس والسابع فقد رأى مجلس المجمع أنه لا حرج من اللجوء إليهما عند الحاجة مع التأكيد على ضرورة أخذ كل الاحتياطات اللازمة. والله أعلم

36.       Status Pemberian Saat Lamaran
Apa status Pemberian saat lamaran kepada gadis yang dilamar seperti cincin misal ? apakah boleh pihak laki-laki meminta kembali saat tidak terjadi pernikahan ? atau keluarga dari pihak laki-laki saat laki-laki yang melamar tadi meninggal dunia ?
Jawaban : pemberian saat lamaran berstatus hadiah yang tujuannya agar terjadi pernikahan . Bagi laki-laki pelamar boleh menarik ulang hadiahnya sebab hadiah tersebut hanya diberikan agar terjadi akad pernikahan, bila ikatannya gagal maka baginya berhak menariknya kembali saat masih ada atau dengan barang lain sebagai pengganti bila telah rusak. Atau bila si laki-laki yg melamar meninggal dunia maka ahli warisnya boleh menarik atau meminta kembali pemberian saat lamaran tadi selagi belum terjadi akad pernikahan.
Kebolehan menarik kembali hadiah diatas hanya sebatas pada hadiah-hadiah yang diberikan dengan tujuan “agar terjadi pernikahan”.  bila bukan karena tujuan ini ( sebatas hibah) maka pemberiannya tidak dapat ditarik kembali. Wallaahu A'lamu Bis Showaab.
Dalam kitab al-Fatawa al-Kubro, pemberian itu termasuk hadiah dari pihak laki-laki bila berniat memberi hadiah, dan termasuk mahar jika pihak laki-laki berniat menjadikan mahar dan boleh meminta kembali bila tidak terjadi pernikahan.
&   الموسوعة الفقهية جزء 19 ص 204 مكتبة الشاملة
وَقَالَ الشَّافِعِيَّةُ : مَنْ خَطَبَ امْرَأَةً ثُمَّ أَنْفَقَ عَلَيْهَا نَفَقَةً لِيَتَزَوَّجَهَا فَلَهُ الرُّجُوعُ بِمَا أَنْفَقَهُ عَلَى مَنْ دَفَعَهُ لَهُ ، سَوَاءٌ أَكَانَ مَأْكَلا أَمْ مَشْرَبًا أَمْ حَلْوَى أَمْ حُلِيًّا ، وَسَوَاءٌ رَجَعَ هُوَ أَمْ مُجِيبُهُ ، أَمْ مَاتَ أَحَدُهُمَا ؛ لأَنَّهُ إِنَّمَا أَنْفَقَهُ لأَجْلِ تَزَوُّجِهَا فَيَرْجِعُ بِهِ إِنْ بَقِيَ وَبِبَدَلِهِ إِنْ تَلِفَ .
وَلَوْ كَانَ ذَلِكَ بِقَصْدِ الْهَدِيَّةِ لا لأَجْلِ تَزَوُّجِهِ بِهَا لَمْ يَخْتَلِفْ فِي عَدَمِ الرُّجُوعِ . وَقَالُوا : لَوْ دَفَعَ الْخَاطِبُ بِنَفْسِهِ أَوْ وَكِيلِهِ أَوْ وَلِيِّهِ شَيْئًا مِنْ مَأْكُولٍ ، أَوْ مَشْرُوبٍ ، أَوْ مَلْبُوسٍ لِمَخْطُوبَتِهِ أَوْ وَلِيِّهَا ، ثُمَّ حَصَلَ إِعْرَاضٌ مِنَ الْجَانِبَيْنِ أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا ، أَوْ مَوْتٌ لَهُمَا ، أَوْ لأَحَدِهِمَا رَجَعَ الدَّافِعُ أَوْ وَارِثُهُ بِجَمِيعِ مَا دَفَعَهُ إِنْ كَانَ قَبْلَ الْعَقْدِ مُطْلَقًا
&   حاشية إعانة الطالبين (3/  267) فوستاكا السلام
سُئِلَ  م ر عَمَّنْ خَطَبَ امْرَأَةً ثُمَّ أَنْفَقَ عَلَيْهَا نَفَقَةً لِيَتَزَوَّجَهَا فَهَلْ لَهُ الرُّجُوعُ بِمَا أَنْفَقَهُ أَوْ لَا فَأَجَابَ بِأَنَّ لَهُ الرُّجُوعَ بِمَا أَنْفَقَهُ عَلَى مَنْ دَفَعَهُ لَهُ سَوَاءٌ أَكَانَ مَأْكَلًا أَمْ مَشْرَبًا أَمْ مَلْبَسًا أَمْ حَلْوَى أَمْ حُلِيًّا وَسَوَاءٌ رَجَعَ هُوَ أَمْ مُجِيبُهُ أَمْ مَاتَ أَحَدُهُمَا ؛ لِأَنَّهُ إنَّمَا أَنْفَقَهُ لِأَجْلِ تَزَوُّجِهَا فَيَرْجِعُ بِهِ إنْ بَقِيَ وَبِبَدَلِهِ إنْ تَلِفَ
&   الفتاوى الفقهية الكبرى (8/  387) مكتبة الشاملة
( وَسُئِلَ ) عَمَّنْ خَطَبَ امْرَأَةً وَأَجَابُوهُ فَأَعْطَاهُمْ شَيْئًا مِنْ الْمَالِ يُسَمَّى الْجِهَازَ هَلْ تَمْلِكُهُ الْمَخْطُوبَةُ أَوْ لَا بَيِّنُوا لَنَا ذَلِكَ ؟ ( فَأَجَابَ ) بِأَنَّ الْعِبْرَةَ بِنِيَّةِ الْخَاطِبِ الدَّافِعِ فَإِنْ دَفَعَ بِنِيَّةِ الْهَدِيَّةِ مَلَكَتْهُ الْمَخْطُوبَةُ أَوْ بِنِيَّةِ حُسْبَانِهِ مِنْ الْمَهْر حُسِبَ مِنْهُ وَإِنْ كَانَ مِنْ غَيْرِ جِنْسِهِ أَوْ بِنِيَّةِ الرُّجُوعِ بِهِ عَلَيْهَا إذَا لَمْ يَحْصُلْ زَوَاجٌ أَوْ لَمْ يَكُنْ لَهُ نِيَّةٌ لَمْ تَمْلِكهُ وَيُرْجَعُ بِهِ عَلَيْهَا
47.       WANITA HAMIL MEMAKAI AZIMAT
Menurut sebgian khalayak, jika wanita sedang hamil kemudian mau memakai azimat yang berisikan surat maryam atau yusuf yang disabukkan pada baigian perut, maka kelak insya Alloh, anaknya akan menjadi sholeh-sholehah, tampan dan cantik
Pertanyaan
a.       Bagaimana hukum memakai sabuk sebagaimana prihal diatas?
b.      Gagaimana pula hukum memakai azimat seperti hal diatas bagi orang yang punya hadats?
Jawaban
a.       Boleh, selama tidak meyakini bahwa azimat itulah yang semata-mata memberikan manfaat dan menjauhkan bahaya
&   مفاهيم يجب ان تصحح للسيد محمد بن علويّ بن عباس بن عبد العزيز المالكيّ الحسنيّ ص 133 مكتبة دار الفكر
(مفهوم التبرط) يخطئ كثير من الناس فى فهم حقيقة التبرك بالنبي صلى الله عليه وسلم وأثاره وأل بيته ووارثه من العلماء والأولياء رضي الله عنهم فيصفون كل من يسلك ذلك المسلمين بالشرك والضلال كما هي عادتهم فى كل جديد يضيق عنه نظرهم ويقصر عن ادراكه تكفير وقيل أن نبين الأدلة والشواهد الناطقة بجواز ذلك بل بمشروعيته ينبغى أن يعلم أن التبرك ليس هو إلا توسل الى الله سبحانه وتعالى بذلك المتبرك به سواء أكان أثرا او كمانا او شخصا
&   مفاهيم يجب ان تصحح للسيد محمد بن علويّ المالكيّ الحسنيّ ص 42 مكتبة دار الفكر
(مفهوم التوسل) ولذا يخطئ كثير من الناس فى فهم حقيقة التوسل ولذا فاننا سنبين مفهوم التوسل الصحيح فى مظرنا وقبل ذلك لا بد ان نبين هذه الحقائق اولا أن التوسل هو احد طرق الدعاء وباب من ابواب التوجه الى الله سبحانه وتعالى فالمقصود الأصلي الحقيق هو الله تعالى والمتوسل به إنما هو واسطة ووسيلة للتقرب الى الله ومن اعتقد غير ذلك فقد أشرك. اهـ
Jawaban
b.      Hukum memakai azimat bagi orang yang punya hadats adalah boleh. Karena lafadz-lafadz yang berisikan ayat Al-Qur'an itu selama tidak untuk dirosah (ditela'ah) boleh menyentuhnya tanpa bersuci.
&   حاشية الشرقاوى على التحرير 1 ص 87 مكتبة إحياء التراث
(قوله للدراسة) وخرج بذلك ما كتب فيه للتبرك كاتميمة وهي ورقة يكتب فيها شئ من القران وتعلق للتبرك ومن هنا للتبعيض فاذا كتب القران كله لا يقال له تميمة ولو صغر والعبرة فى التميمة بقصد الكاتب لنفسه او  لغيره بلا أجرة ولا أمر.
48.       Hukum Menikahi Anak Hasil Zina
Seorang laki-laki memang boleh walaupun makruh menikahi anak  gadis kandungnya yang dihasilkan dari zina. Namun Apakah hukum makruh menikahi anak  yang dihasilkan dari zina ini juga berlaku bagi laki-laki lain ?
Jawaban : Ya , hukum makruh tetap berlaku bagi laki-laki lain. Karena Secara global menikahi anak zina hukumnya makruh.
&   نهاية المحتاج 6/ 181 ط مصطفى الحلبي 1357هـ
وَتُكْرَهُ بِنْتُ الزِّنَا وَالْفَاسِقِ , وَأَلْحَقَ بِهَا اللَّقِيطَةَ وَمِنْ لا يُعْرَفْ أَبُوهَا لِخَبَرِ { تَخَيَّرُوا لِنُطَفِكُمْ وَلا تَضَعُوهَا فِي غَيْرِ الأَكْفَاءِ } صَحَّحَهُ الْحَاكِمُ
&   الموسوعة الفقهية  جزء 41 ص 232 مكتبة الشاملة
وَقَالَ الشَّافِعِيَّةُ : تُكْرَهُ بِنْتُ الزِّنَا وَالْفَاسِقِ - أَيْ يُكْرَهُ نِكَاحُ كُلٍّ مِنْهُمَا - وَأُلْحِقَ بِهِمَا اللَّقِيطَةُ وَمَنْ لا يُعْرَفُ أَبُوهَا ، لِخَبَرِ : " تَخَيَّرُوا لِنُطَفِكُمْ وَأَنْكِحُوا الأَكْفَاءَ وَأَنْكِحُوا إِلَيْهِمْ " وَلأَنَّهُ رُبَّمَا يُعَيَّرُ بِكُلٍّ مِنْهُنَّ لِدَنَاءَةِ أَصْلِهَا ، وَرُبَّمَا اكْتَسَبَتْ مِنْ طِبَاعِ أَبِيهَا . وَقَالَ الْحَنَابِلَةُ : لا يَنْبَغِي تَزَوُّجُ 
 بِنْتِ زِنًا وَلَقِيطَةٍ وَدَنِيئَةِ نَسَبٍ وَمَنْ لا يُعْرَفُ أَبُوهَا

49.       Wanita Menikah Lebih Dari Satu Kali
Bila wanita menikah lebih dari satu kali, dengan suami manakah dia nanti di akhirat dalam pandangan fiqh ?
Jawaban : si Istri tadi dipersilahkan memilih diantara para suaminya yang paling baik budi pekertinya di dunia.
&   قرة العين بفتاوى إسماعيل ص 148 مكتبة البركة
سؤال : إذا كان للمرأة زوجان في الدنيا فكيف حالها في الأخرة فهل هي للزوج الأول أو الثاني أفْتونا مأجورين ؟

الجواب : والله الموفق للصواب : سُئِلَ عن مثل هذا السؤال الشيخُ العلامة إبن حجر رحمه الله كما في الفتاوي الحديثية : ونصه وسئل نفع الله تعالى به عمَّنْ لها أزواج في الدنيا هل هي في الجنة لأخر أزواجها أو لأحسنهم خُلُقا في الدنيا وفي الشرح الروض في الخصائص ولأن المرأة لأخر أزواجها كما قاله إبن القشيري إهـ  وفي مجموع الأحباب وتذكرة أولي الألباب لمحمد بن الحسن العلاء لأبي الفرج : وروي عن أبي الدرداء وحذيفة رضي الله عنهما أن المرأة لآخر أزواجها في الدنيا ، وجاء أنها تكون لأحسنهم خلقا : قال أبو بكر نب النجار : حدثنا جعفر بن محمد ، حدثنا عبيد بن إسحاق العطار ، حدثنا سفيان بن هارون ، عن حميد ، عن أنس : " أن أم حبيبة رضي الله تعالى عنها قالت : يا رسول الله المرأة يكون لها الزوجان في الدنيا فلأيهما تكون ؟ قال : لأحسنهما خلقا كان معها في الدنيا ، ثم قال : يا أم حبيبة ذهب حسن الخلق بخير الدنيا والآخرة " . وروي عن أم سلمة رضي الله عنها نحو هذا انتهى . وعلى الثاني السيد معين الدين الصفوي في تفسيره جامع البيان فقال : ومن لها أزواج تخير فتختار أحسنهم خلقا ولم يعرف أن هذا كلامه أو بقية الحديث المتقدم ؟

50.       Keberadaan dua wali mujbir
Bila seorang gadis masih punya ayah dan kakek dari ayah ( sama-sama wali mujbir), bolehkah kakek menggantikan sang ayah menjadi wali saat sang ayah tidak sudi menikahkannya dengan laki-laki yang kufu mungkin karena tidak setuju ?
Jawaban: Bila ada ayah dan kakek berkumpul, yg berhak menjadi wali adalah ayah karena wali aqrob( lebih dekat). Namun bila ayah tidak mau menikahkan (‘Adl) karena gak setuju maka yg berhak menjadi wali adalah Hakim menurut Syafi’i dan atau kewaliannya berpindah ke wali ab’ad( kakek) menurut Hanafi.

   مغني المحتاج شرح منهاج الطالبين3/ 151- 153 ط دار الفكر
( وَكَذَا يُزَوِّجُ ) السُّلْطَانُ ( إذَا عَضَلَ ) النَّسِيبُ ( الْقَرِيبُ ) وَلَوْ مُجْبِرًا , أَيْ امْتَنَعَ مِنْ تَزْوِيجِهَا هُوَ ( وَالْمُعْتِقُ ) وَعَصَبَتُهُ ؛ لِأَنَّهُ حَقٌّ عَلَيْهِمْ ، فَإِذَا امْتَنَعُوا مِنْ وَفَائِهِ وَفَّاهُ الْحَاكِمُ ، وَلَا تَنْتَقِلُ الْوِلَايَةُ لِلْأَبْعَدِ جَزْمًا
&   المغني لابن قدامه 7/ 30 ط مكتبة القاهرة
الْحُكْمُ الثَّالِثُ , إذَا عَضَلِهَا وَلِيُّهَا الأَقْرَبُ , انْتَقَلَتْ الْوِلايَةُ إلَى الأَبْعَدِ . نَصَّ عَلَيْهِ أَحْمَدُ وَعَنْهُ رِوَايَةٌ أُخْرَى , تَنْتَقِلُ إلَى السُّلْطَانِ . وَهُوَ اخْتِيَارُ أَبِي بَكْرٍ وَذُكِرَ ذَلِكَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانِ رضي الله عنه وَشُرَيْحٍ وَبِهِ قَالَ الشَّافِعِيُّ لِقَوْلِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم : { فَإِنْ اشْتَجَرُوا , فَالسُّلْطَانُ وَلِيُّ مَنْ لا وَلِيَّ لَهُ } . وَلأَنَّ ذَلِكَ حَقٌّ عَلَيْهِ امْتَنَعَ مِنْ أَدَائِهِ , فَقَامَ الْحَاكِمُ مَقَامَهُ
&   المبسوط للسرخسي 4/ 221 ط دار المعرفة
( قَالَ ) : فَإِنْ زَوَّجَهَا الأَبْعَدُ وَالأَقْرَبُ حَاضِرٌ تُوقَفُ عَلَى إجَازَةِ الأَقْرَبِ ; لأَنَّ الأَبْعَدَ كَالأَجْنَبِيِّ عِنْدَ حَضْرَةِ الأَقْرَبِ فَيَتَوَقَّفُ عَقْدُهُ عَلَى إجَازَةُ الْوَلِيِّ , فَإِنْ كَانَ الأَقْرَبُ غَائِبًا غَيْبَةً مُنْقَطِعَةً فَلِلأَبْعَدِ أَنْ يُزَوِّجَهَا عِنْدَنَا , وَقَالَ الشَّافِعِيُّ رحمه الله تعالى : يُزَوِّجُهَا السُّلْطَانُ , وَقَالَ زُفَرُ رحمه الله تعالى : لا يُزَوِّجُهَا أَحَدٌ حَتَّى يَحْضُرَ الأَقْرَبُ , وَحُجَّتُهُمْ فِي ذَلِكَ أَنَّ الأَبْعَدَ مَحْجُوبٌ بِوِلايَةِ الأَقْرَبِ وَوِلايَتُهُ بَاقِيَةٌ بَعْدَ الْغَيْبَةِ إذْ لا تَأْثِيرَ لِلْغَيْبَةِ فِي قَطْعِ الْوِلايَةِ , أَلا تَرَى أَنَّهُ لا يَنْقَطِعُ التَّوَارُثُ وَأَنَّ الْوِلايَةَ مِنْ حَقِّ الْوَلِيِّ لِيَطْلُبَ بِهِ الْكَفَاءَةَ فَلا يَبْطُلُ شَيْءٌ مِنْ حُقُوقِهِ بِالْغَيْبَةِ , وَالدَّلِيلُ عَلَيْهِ أَنَّهُ لَوْ زَوَّجَهَا حَيْثُ هُوَ جَازَ النِّكَاحُ فَدَلَّ أَنَّ وِلايَةَ الأَقْرَبِ بَاقِيَةٌ إذَا ثَبَتَ هَذَا فَالشَّافِعِيُّ رحمه الله تعالى يَقُولُ : تَعَذَّرَ عَلَيْهَا الْوُصُولُ إلَى حَقِّهَا مِنْ جِهَةِ الأَقْرَبِ مَعَ بَقَاءِ وِلايَتِهِ فَيُزَوِّجُهَا السُّلْطَانُ كَمَا لَوْ عَضَلهَا الأَقْرَبُ بِخِلافِ مَا إذَا كَانَ الأَقْرَبُ صَغِيرًا أَوْ مَجْنُونًا ; لأَنَّهُ لا وِلايَةَ لَهُ عَلَيْهَا وَالأَبْعَدُ مَحْجُوبٌ بِوِلايَةِ الأَقْرَبِ إلا بِالْغَيْبَةِ وَزُفَرُ رحمه الله تعالى يَقُولُ : الأَبْعَدُ لا يُزَوِّجُهَا لِبَقَاءِ وِلايَةِ الأَقْرَبِ , وَكَذَلِكَ السُّلْطَانُ لا يُزَوِّجُهَا ; لأَنَّ وِلايَةَ السُّلْطَانِ مُتَأَخِّرَةٌ عَنْ وِلايَةِ الأَبْعَدِ فَإِذَا لَمْ تَثْبُتْ الْوِلايَةُ لِلأَبْعَدِ هُنَا فَالسُّلْطَانُ أَوْلَى بِخِلافِ مَا إذَا عَضَلهَا
&   رد المحتار على الدر المختار 2 / 315 ط إحياء التراث
 ( وَلِلْوَلِيِّ الأَبْعَدِ التَّزْوِيجُ بِغَيْبَةِ الأَقْرَبِ ) فَلَوْ زَوَّجَ الأَبْعَدُ حَالَ قِيَامِ الأَقْرَبِ تَوَقَّفَ عَلَى إجَازَتِهِ وَلَوْ تَحَوَّلَتْ الْوِلايَةُ إلَيْهِ لَمْ يَجُزْ إلا بِإِجَازَتِهِ بَعْدَ التَّحَوُّلِ قُهُسْتَانِيٌّ وَظَهِيرِيَّةٌ ( مَسَافَةَ الْقَصْرِ ) وَاخْتَارَ فِي الْمُلْتَقَى مَا لَمْ يَنْتَظِرْ الْكُفْءُ الْخَاطِبُ جَوَابَهُ وَاعْتَمَدَهُ الْبَاقَانِيُّ وَنَقَلَ ابْنُ الْكَمَالِ أَنَّ عَلَيْهِ الْفَتْوَى وَثَمَرَةُ الْخِلافِ فِيمَنْ اخْتَفَى فِي الْمَدِينَةِ هَلْ تَكُونُ غَيْبَةً مُنْقَطِعَةً ( وَلَوْ زَوَّجَهَا الأَقْرَبُ حَيْثُ هُوَ جَازَ ) النِّكَاحُ ( عَلَى ) الْقَوْلِ ( الظَّاهِرِ ) ظَهِيرِيَّةٌ ( وَيَثْبُتُ لِلأَبْعَدِ ) عَلَى أَوْلِيَاءِ النَّسَبِ شَرْحُ وَهْبَانِيَّةٍ لَكِنَّ فِي الْقُهُسْتَانِيِّ عَنْ الْغِيَاثِيِّ : لَوْ لَمْ يُزَوِّجْ الأَقْرَبُ زَوَّجَ الْقَاضِي عِنْدَ فَوْتِ الْكُفْءِ ( التَّزْوِيجُ بِعَضْلِ الأَقْرَبِ ) أَيْ بِامْتِنَاعِهِ عَنْ التَّزْوِيجِ إجْمَاعًا خُلاصَةً ( وَلا يَبْطُلُ تَزْوِيجُهُ ) السَّابِقُ ( بِعَوْدِ الأَقْرَبِ ) لِحُصُولِهِ بِوِلايَةٍ تَامَّةٍ ( قَوْلُهُ لَكِنْ فِي الْقُهُسْتَانِيِّ إلَخْ ) اسْتِدْرَاكٌ عَلَى مَا فِي شَرْحِ الْوَهْبَانِيَّةِ فَإِنَّهُ لَمْ يَسْتَنِدْ فِيهِ إلَى نَقْلٍ صَرِيحٍ , وَهَذَا مَنْقُولٌ وَقَدْ أَيَّدَهُ أَيْضًا الْعَلامَةُ الشُّرُنْبُلالِيُّ فِي رِسَالَةٍ سَمَّاهَا كَشْفُ الْمُعْضَلِ فِيمَنْ عَضَلَ بِأَنَّهُ ذَكَرَ فِي أَنْفَعِ الْوَسَائِلِ عَنْ الْمُنْتَقَى إذَا كَانَ لِلصَّغِيرَةِ أَبٌ امْتَنَعَ عَنْ تَزْوِيجِهَا لا تَنْتَقِلُ الْوِلايَةُ إلَى الْجَدِّ بَلْ يُزَوِّجُهَا الْقَاضِي , وَنَقَلَ مِثْلَهُ ابْنُ الشِّحْنَةِ عَنْ الْغَايَةِ عَنْ رَوْضَةِ النَّاطِفِيِّ , وَكَذَا الْمَقْدِسِيَّ عَنْ الْغَايَةِ وَالنَّهْرِ عَنْ الْمُحِيطِ وَالْفَيْضِ عَنْ الْمُنْتَقَى , وَأَشَارَ إلَيْهِ الزَّيْلَعِيُّ حَيْثُ قَالَ فِي مَسْأَلَةِ تَزْوِيجِ الأَبْعَدِ بِغَيْبَةِ الأَقْرَبِ وَقَالَ الشَّافِعِيُّ : بَلْ يُزَوِّجُهَا الْحَاكِمُ اعْتِبَارًا بِعَضْلِهِ



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hukum Adzan Duet

bagaimana hukum adzan yang dilakukan oleh dua orang secara bergantian atau duet seperti dalam vidio dilink ini https://web.facebook.co...